Punarbhawa itu kesempatan melunasi hutang karma
Kelahiran kembali ke dunia fana atau alam material akibat hutang karma
yang belum lunas, oleh Veda disebut punarbhava (punar = lagi, dan bhava
=lahir, menitis atau menjelma).
Secara umum, punarbhava disebut reinkarnasi (reincarnation) yang berarti
penjelmaan kembali atau tumimbal lahir. Artinya, sang makhluk hidup
(jiva) yang di-belenggu oleh hutang karma dari penjelmaan sebelumnya,
harus menjelma (lahir) lagi ke dunia fana dengan badan jasmani baru
tertentu (manusia, deva, hewan, reptil atau badan jenis lain) untuk
menikmati atau menderita akibat (phala) dari perbuatan (karma) yang
telah dilakukannya itu.
Dengan ber-punarbhava sebagai manusia, sang makhluk hidup (jiva) dapat kesempatan untuk :
- Mengurangi hutang karma buruk (asubha-karma).
- Menambah hutang karma bajik (subha-karma), dan
- Berangsur- angsur melunasi segala hutang karma bajik dengan tekun melakukan pelayanan bhakti (cinta-kasih) kepada Sri Krishna.
Jika seseorang sudah tidak memiliki (=bebas dari segala ) hutang karma
buruk dan bajik, itu berarti dia telah tersucikan, berada pada tingkat
spiritual, dan memenuhi syarat untuk kembali tinggal di alam rohani.
HUTANG HARMA BURUK YANG SEMAKIM MENUMPUK
Pada jaman modern yang
materialistik sekarang, kebanyakan orang sibuk dalam beraneka-macam
kegiatan pamerih mengejar kesenangan duniawi semu dan sementara
(maya-sukha). Begitulah, hidup sesat memuaskan indriya jasmani hanyalah
menambah hutang karma buruk (asubha-karma) belaka.
Reaksi (phala) hutang karma buruk yang semakim menumpuk dan meluas di masyarakat ditunjukkan oleh fakta-fakta berikut:
- Kehidupan di kota-kota besar semakim tidak tenang, tidak aman, tidak nyaman dan tidak damai.
- Perang, teror bom bunuh diri dan beraneka-macam tindak kekerasan lain semakim meluas.
- Bencana alam (banjir, gempa, kebakaran hutan, angin topan, tsunami, musim kering panjang, dsb) terjadi silih berganti.
- Bermacam-macam penyakit kembali mewabah tanpa bisa dicegah.
- Beraneka-macam perbuatan curang, korup, dusta, jahat dan amoral semakim meluas.
- Kerusakan alam dan lingkungan hidup semakim parah.
Mereka yang disebut kaum intelektual modern dengan beraneka-macam gelar
akademik, tidak perduli pada hukum universal Tuhan “KARMA-PHALA dan
PUNARBHAVA”ini. Mereka tidak mau mengerti bahwa kehidupan manusia yang
semakim menderita di muka Bumi adalah karena akibat (phala) hutang karma
buruk yang semakim menumpuk dan meluas di masyarakat.
Oleh karena buta dan tuli rohani, mereka yang disebut para sarjana
duniawi bertabiat materialistik, tidak sadar bahwa teori-teori hidup
bahagia di dunia fana melalui pemuasan indriya badan jasmani yang
mereka ciptakan dan di praktekkan oleh rakyat, hanya semakim menambah
dan memperbanyak hutang karma buruk di masyarakat manusia modern.
PENGETAHUAN TENTANG HUKUM KARMA-PHALA DAN PUNARBHAVA
Pengetahuan ini adalah bagian dari pengetahuan Veda. Ia mencakup pengetahuan tentang:
- Sang makhluk hidup (jiva/roh).
- Alam material (dunia fana) dan alam spiritual (dunia rohani).
- Tiga sifat alam material (Tri-guna).
- Hakekat badan jasmani.
- Para deva pengendali urusan material dunia fana.
- Watak Sura dan Asura, dan
- Prinsip-prinsip dharma dan adharma.
Oleh karena hukum Tuhan yang universal ini adalah bagian dari
pengetahuan Veda, maka ia harus dimengerti sesuai petunjuk Veda yaitu
mendengar pengetahuan ini dari sang Acarya (guru kerohanian) yang
memiliki garis perguruan (sampradaya) sah dan mengajarkan berdasarkan
prinsip parampara atau proses deduktip.
AWAL DARI ASUBHA-KARMA
Keinginan (iccha) untuk
menikmati secara terpisah dari Sri Krishna dan keengganan (dvesa) untuk
melayani Beliau di dunia rohani adalah awal dari asubha-karma (perbuatan
buruk) sang makhluk hidup (jiva). Sri Krishna berkata, “Iccha dvesa samutthena dvandva mohena bharata sarge yanti parantapa,
O keturunan Bharata, dibuai oleh keinginan menikmati secara terpisah
dariKu dan keengganan melayaniKu, wahai Penakluk musuh, maka ia (sang
jiva) jatuh ke alam material” (Bhagavad Gita 7.27).
Dengan kata lain, sang makhluk hidup (jiva) menyalahgunakan
kebebasan/kemerdekaan sedikit yang dimilikinya dengan menyimpang dari
kedudukan dasarnya sebagai abdi/pelayan kekal Tuhan di dunia rohani.
Karena itu, Sukadeva Gosvami memberitahu Raja Pariksit, “Oleh karena na bhajante, tidak mau meng-abdi kepada Tuhan Krishna dan avajananti, tidak senang kepada Beliau, maka sthanad brastah patanti adhah, jatuhlah sang jiva ke alam material” (Bhagavata Purana 11.5.3).
Sri Krishna maha pemurah, sehingga atas karunianya, sang jiva diberi kesempatan dan tempat untuk merealisir keinginan (iccha) dan keengganan (dvesa)
nya itu dengan tinggal di dunia fana atau alam material. Tidak
disadari oleh sang jiva bahwa iccha dan dvesa demikian adalah kesesatan
yang menyebabkan dirinya jatuh dan hanyut dalam samudra derita kehidupan
material dunia fana.
JENIS KARMA DITENTUKAN OLEH UNSUR-UNSUR TRIGUNA
Veda menyatakan, “Guna bhavyena karmanah, kegiatan timbul karena terjadi interaksi tiga sifat alam material dalam badan jasmani (Bhagavata Purana 11.11.10). Gunaih karmani sarvasah, segala macam kegiatan timbul karena interaksi sifat-sifat alam material (Bhagavad Gita 3.27).
Hubungan antara Tri-Guna (tiga sifat alam material yaitu: sattvam, rajas
dan tamas) dengan perbuatan/kegiatan (karma), dharma dan adharma, watak
Sura (daivi sampad) dan Asura (asuri-sampad) dan tujuan yang dicapai,
secara umum dapat dilihat sebagai berikut
PIKIRAN ADALAH PUSAT SEMUA INDRIYA JASMANI
Pikiran dikatakan pusat semua indriya jasmani, sebab pikiranlah yang
mengendalikan semua indriya dan tanpa ada kontak ke pikiran, setiap
indriya tidak bisa melakukan fungsinya masing-masing. Misal, sang
bhakta yang sedang asyik ber-japa sambil mengingat lila Sri Krishna,
tidak melihat ataupun mendengar apapun yang terjadi disekeliling
dirinya.
Karena itu, orang sungguh mendengar atau melihat jika informasi tentang
obyek yang di dengar telinga atau dilihat mata, diterima (=masuk
kedalam) pikiran. Dengan kata lain, orang benar-benar mendengar atau
melihat jika ada perhatian dari pikiran terhadap obyek yang didengar
atau di lihat.
Selama belum ada keputusan dari pikiran, maka selama itu indriya-indriya
jasmani (telinga, mata, hidung, lidah, kulit, tangan, kaki. mulut, anus
dan kemaluan) tidak akan melakukan kegiatan apapun.
PROSES TERJADINYA KARMA
Badan jasmani sang makhluk hidup (jiva) terdiri dari:
- Badan jasmani halus (subtle material body) yang tersusun dari: pikiran, ego dan kecerdasan.
- Badan jasmani kasar (gross material body) yang tersusun dari : akasa, udara, api, air dan tanah. (Perhatikan Bhagavad Gita 7.4).
Selanjutnya dikatakan bahwa indriya-indriya jasmani lebih halus dari
pada obyek-obyeknya. Pikiran lebih halus dari pada indriya-indriya.
Kecerdasan lebih halus dari pada pikiran. Dan sang makhluk hidup (=jiva
yang diselimuti ego) lebih halus dari pada kecerdasan (perhatikan Bhagavad Gita 3.42). Berdasarkan sloka-sloka Veda tersebut diatas, proses terjadinya karma dapat dijelaskan sebagai berikut.
PROSES TERJADINYA PHALA
proses terjadinya karma dapat dijelaskan sebagai berikut;
PROSES TERJADINYA PUNARBHAVA
Segala karma (perbuatan/kegiatan) yang dilakukan oleh indriya-indriya
badan jasmani terrekam di dalam pikiran, sehingga setiap orang bisa
ingat karma yang dilakukan beberapa hari, sebulan atau pun setahun yang
lalu.
Daya tampung pikiran dalam merekam data-data kegiatan yang di-lakukan
oleh badan jasmani kasar sang makhluk hidup (jiva) tak dapat ditandingi
oleh daya tampung hard disk komputer bikinan sang manusia yang teramat
canggih.
Hubungan antara pikiran dengan hukum karma-phala dapat dijelaskan secara analogis sebagai berikut;
Oleh karena ada benih yang ditaburkan di lahan itu, maka ia (benih itu)
tumbuh, lalu berbuah dan kemudian di panen oleh si penabur benih. Begitu
pula, oleh karena ada karma (perbuatan) yang dilakukan, maka ada phala
(akibat) yang timbul dan harus ditanggung oleh si pelaku yaitu sang jiva
berjasmani manusia.
Sedangkan jenis karma dalam hubungannya dengan phala (akibat) nya dapat dijelaskan sebagai berikut;
Sancita-karma membentuk hutang-hutang karma yang menumpuk mengotori
pikiran. Hutang-hutang karma ini adalah rekaman beraneka-macam kegiatan
pamerih memuaskan indriya jasmani dan membuai sang jiva dengan
beraneka-ragam niat, minat, kehendak, dambaan dan keinginan untuk
menikmati kesenangan material dunia fana.
Dengan kata lain, hutang karma yang mengotori pikiran, mengikat sang
jiva dengan cita-cita untuk terus tinggal dan hidup di alam material dan
menikmati kesenangan material dengan berbagai cara.
Pada saat kematian, badan jasmani kasar (gross material body) sang jiva
segera membusuk dan hancur. Tetapi ia (sang jiva), dengan berkendaraan
badan jasmani halus (subtle material body) yang tersusun dari ego,
kecerdasan dan pikiran (yang dimuati bermacam-macam hutang karma),
berpindak ke badan jasmani kasar baru tertentu sesuai dengan macam
kesadarannya pada saat ajal.
Sri Krishna berkata, “Yam yam vapi smaran bhavam tyajaty ante kalevaram tam tam evaiti kaunteya sada tad bhava bhavitah, keadaan apapun yang seseorang ingat pada saat ajal, pasti keadaan itu yang akan dia peroleh” (Bhagavad Gita 8.6).
Begitulah pada saat ajal, seseorang pasti hanya ingat karma (perbuatan)
yang paling sering dilakukan dan paling disukainya atau menjadi hobi.
Dan ingatannya itu menentukan macam kesadarannya pada saat kematian
mengakhiri hidupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar