BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu kegiatan pendidikan adalah menyelenggarakan proses belajar
mengajar. Winkel (dalam Darsono dkk, 2000) mengungkapkan pengertian belajar
sebagai suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pemahaman, ketrampilan dan
nilai sikap. Belajar dapat membawa perubahan dan perubahan itu pada pokoknya
adalah diperoleh kecakapan baru melalui suatu usaha. Para pendidik hendaknya
memposisikan peserta didik sebagai insan yang harus dihargai kemampuannya dan
diberi kesempatan untuk mengembangkan potensinya. Oleh karena itu, dalam proses
pembelajaran perlu adanya suasana yang terbuka, akrab dan saling menghargai.
Sebaliknya perlu menghindari suasana belajar yang kaku, penuh dengan ketegangan
dan sarat dengan perintah dan instruksi yang membuat peserta didik menjadi
pasif, tidak bergairah, cepat bosan dan mengalami kebosanan (Dasim Budimansyah,
2002). Dalam melakukan proses pembelajaran guru dapat memilih beberapa metode
mengajar. Metode mengajar banyak sekali jenisnya. Masing-masing metode
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kekurangan suatu metode dapat ditutup
dengan metode yang lain, sehingga guru dapat menggunakan beberapa metode dalam
melakukan proses pembelajaran. Pemilihan suatu metode perlu memperhatikan
beberapa hal seperti yang disampaikan, tujuan pembelajaran, waktu yang
tersedia, jumlah siswa, mata pelajaran, fasilitas dan kondisi siswa dalam
pembelajaran serta hal-hal yang berkaitan dengan keberhasilan siswa dalam
proses pembelajaran (Sumadi Suryabrata, 1993). Dalam pembelajaran
Agama Hindu yang berlangsung di
SD saat ini menggunakan sistem penyampaian klasikal, yaitu sistem yang bertumpu
pada aktivitas guru. Pada umumnya guru cenderung menggunakan metode ceramah
dalam mengajar karena mudah dilakukan dan cepat. Bertumpunya proses belajar
mengajar pada guru menimbulkan kurang tumbuh berkembangnya sikap kemandirian sebab
anak akan cenderung menganggap dirinya tergantung pada guru dan sekolah dalam
belajar, maka dari itu sebagian besar
siswa prestasinya rendah dan siswa merasa tidak dapat belajar dan tidak
perlu belajar secara teratur. Sikap ini bahkan dapat tumbuh dalam diri orang
tuanya, sehingga sekolah dan guru dianggap sebagai satu-satunya pihak yang
bertanggung jawab atas keberhasilan anak dalam belajar. Pelaksanaan
pembelajaran di kelas membutuhkan suatu metode pembelajaran yang disusun secara
sistematis dan dapat lebih meningkatkan pemahaman konsp untuk dijadikan pedoman dalam melaksanakan
pembelajaran sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat.
Pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan
tuntutan kebutuhan pendidikan di Indonesia adalah pendekatan kontekstual.
Pendekatan kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang berpijak pada
keinginan untuk menghidupkan kelas (Nurhadi, 2004). Kelas yang hidup adalah
kelas yang memberdayakan siswa dengan segala aktivitas belajarnya untuk
mencapai kompetensi yang diinginkan. Salah satu kemasan pembelajaran berbasis
kontekstual yang memberikan peluang kepada siswa untuk membangun pengetahuannya
sendiri dan memecahkan masalah yang dihadapi dengan berbagai pengalaman dengan
orang lain adalah metode pembelajaran Jigsaw
dan
Pemberian Tugas yang
merupakan strategi pembelajaran active learning
Perbedaan antara siswa yang tidak dikelola secara baik dapat menimbulkan
ketersinggungan dan kesalah pahaman antar sesamanya. Sebagai akibatnya, mereka sering memunculkan
aktivitas-aktivitas membela diri yang berbau antisosial dengan tampilan
personal kurang etis yang akhirnya bermuara pada munculnya prilaku-prilaku
negatif. Oleh sebab itu, para guru hendaknya menghindari dan mengantisipasi
agar tidak memunculkan suasana kompetitif dalam pembelajaran, tetapi perlu
menciptakan interaksi yang silih acuh (saling tenggang rasa), membuat siswa
saling membantu satu sama lain, dan memfasilitasi mereka agar dapat sukses
dalam membangun kompetensi sosial dan personal. Ini berarti perlunya rancangan
pembelajaran yang bernuansa kolaborasi. Apabila suatu kemasan pembelajaran
lebih menitik beratkan pada aspek kolaboratif, maka konsep keseragaman
hendaknya ditinggalkan dan mulailah dengan babak baru yaitu menghargai segala
bentuk keragaman peserta didik.
Dalam belajar, potensi keragaman peserta didik akan menghasilkan
sinergi yang pada akhirnya bermuara pada produk yang optimal. Oleh karena itu,
perlu diupayakan membuat penyajian pelajaran agama hindu yang menarik dan menyenangkan. Hal ini
merupakan tantangan besar bagi guru, karena orang pertama yang menjadi sorotan
terkait dengan berhasil atau tidaknya pendidikan adalah guru itu sendiri. Jadi
guru dalam hal ini dituntut untuk lebih meningkatkan kualitas mengajarnya.
Peningkatan kualitas pembelajaran pada umumnya banyak ditentukan oleh
pembelajaran yang direncanakan dan dilaksanakan oleh guru. Karena besarnya peranan
tersebut sehingga sering kali baik buruknya prestasi belajar siswa, bahkan
sampai mutu pendidikan pada umumnya dikembalikan kepada guru.
Masalah yang ada di SD Negeri 3 Gunungsari, Kecamatan Serirt,
Kabupaten Buleleng terkait dengan pembelajaran Agama Hindu. Data yang diperoleh
dari hasil wawancara yang dilakukan
dengan guru mata pelajaran terhadap kelas V di SD Negeri 3 Gunungsari,
kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng yang dipilih secara acak ditemukan data
sebagai berikut : sebagaian besar siswa
ketuntasan belajar yang diperolh masih dibawah KKM, di sekolah ini kreteria
ketuntasan minimal yang harus dicapai yaitu rata-rata 75, beberapa masalah yang
menyebabkan ketuntasan belajar siswa rendah adalah : 1) sebagian besar guru
masih menggunakan metode ceramah dalam mengajar, 2) guru belum banyak
mengunakan media pembelajaran, 3) belum semua siswa terlibat aktif dalam proses
pembelajaran, 4) sebagian besar siswa jarang mengajukan pertanyaan dan menjawab
walaupun guru sudah memberikan kesempatan bertanya.
Dari alasan di atas, maka perlu
diberikan suatu metode pembelajaran inovatif untuk mengatasi kesulitan tersebut, salah
satunya adalah metode Jigsaw
berbantuan dan Pemberian Tugas dalam komunitas belajar. Metode Jigsaw
dan
Pemberian Tugas adalah merupakan
model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang
terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan
yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang
harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada kelompok yang lain, Penerapan model pembelajaran Jigsaw dan
Pemberian Tugas dengan
bimbingan guru yang intensif memberikan pengaruh yang positif terhadap
pembelajaran. Siswa dalam kategori lemah dalam pembelajaran dapat mengikuti
pembelajaran dengan tanpa terbebani
Namun belum diketahui secara
pasti apakah metode tersebut efektif atau tidak. untuk mengetahui efektif
tidaknya metode tersebut maka harus diuji dengan menggunakan penelitian
eksperimen dengan judul “Meningkatkan
Aktivitas dan Prestasi Belajar Agama Hindu Melalui Penerapan Metode Jigsaw dan Pemberian Tugas “ ( Eksperimen
pada siswa Kelas V SD Negeri 3 Gunungsari Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng
Tahun Ajaran 2012-2013 ).
B.
Rumusan Masalah dan Pemecahanya
1. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan yang akan ditelusuri jawabannya,
yaitu sebagai berikut.
1. Bagaimana
aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen ( Post Test ) dan kelas sebelum perlakuan ( Pre Test ) Siswa kelas V SD Negeri 3 Gunungsari Tahun Pelajaran
2012-2013.
2. Apakah
ada pengaruh terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Hindu kelas eksperimen
( Post Test ) dibandingkan dengan kelas
sebelum perlakuan ( Pre Test ) Siswa
kelas V SD Negeri 3 Gunungsari Tahun Pelajaran 2012-2013.
2.
Pemecahanya
Dari beberapa
identifikasi masalah di atas, salah satu pemecahan masalahnya adalah dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif
Jigsaw dan Pemberian Tugas.
Model pemebelajaran kooperatif model
jigsaw adalah
sebuah model belajar kooperatif yang
menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil,
seperti yang diungkapkan Lie ( 1993: 73), bahwa pembelajaran
kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif
dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai
dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama salaing
ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.
Dalam model pembelajaran jigsaw
ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukanakan pendapat, dan
mengelolah imformasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan
berkomunikasii, anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan
kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat
menyampaikan kepada kelompoknya ( Rusman, 2008.203).
C. Tujuan Penelitian
1.
Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa
pada kelas eksperimen ( Post Test )
dan kelas sebelum perlakuan ( Pre Test
) Siswa kelas V SD Negeri 3 Gunungsari Tahun Pelajaran 2012-2013.
2.
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Hindu kelas eksperimen ( Post Test ) dibandingkan dengan kelas
sebelum perlakuan (Pre Test ) Siswa
kelas V SD Negeri 3 Gunungsari Tahun Pelajaran 2012-2013.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat
Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi pengembangan teori pendidikan khususnya tentang model
pembelajaran kooperatif Jigsaw Dan
Pemberian Tugas
2. Manfaat
Praktis
a. Bagi
Siswa
Dengan
model pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw dan Pemberian Tugas diharapkan
siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya terutama pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Hindu.
b. Bagi
Guru
Melalui
hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi guru dalam
memilih mengunakan metode pembelajaran yang tepat dan sebagai salah satu
alternatif alam memilih model pembelajaran yang inovatif khususnya dalam upaya
untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pindidikan Agama Hindu.
c. Bagi
Sekolah
Hasil penelitia ini diharapkan dapat
memberikan informasi yang bermanfaat bagi pengelola pendidikan dan pengajaran
agar lebih mengerti dan memehami faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar
khususnya di SD Negeri 3 Gunungsari, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng.
d. Bagi
Peneliti
Dengan
melakukan penelitian ini, peneliti mendapatkan pengalaman langsung tentang cara
melakukan penelitian Eksperimen, mendapatkan wawasan khusunya tentang upaya
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Agama Hindu melalui metode pembelajaran Jigsaw
Dan Pemberian Tugas
E. Asumsi Penelitian
1. Siswa
dalam mengerjakan tes / kuisioner dalam keadaan / kondisi sehat dan siswa
menjawab dengan obyektif.
2. Instrument
yang digunakan seperti tes kuisioner telah memenuhi persyaratan validitas dan
reliabilitas.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang
lingkup pada penelitian ini terbatas pada kelas V pada semester ganjil di SDN 3
gunungsari kecamatan seririt kabupaten buleleng , Tahun ajaran 2012 / 2013
Materi pelajaran yang diambil terbatas pada
materi semester ganjil dan khusus diajarkan pada siswa yang beragama
hindu.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Kajian Teori
1.
Model Pembelajaran Jigsaw
a. Pengertian Model
Pembelajaran Jigsaw
Model pemebelajaran kooperatif
model jigsaw
adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok
kecil, seperti yang diungkapkan Lie ( 1993: 73), bahwa pembelajaran kooperatif model
jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil
yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa
bekerja sama salaing ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara
mandiri. dalam model pembelajaran jigsaw
ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukanakan pendapat, dan
mengelola imformasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan
berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan
ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada
kelompoknya.
Sedangkan
menurut Arends (1997) model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa
belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan
bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian
materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada
kelompok yang lain.
Hariyanto (2010: 237) menyatakan bahwa
metode Jigsaw merupakan model belajar dalam kelompok kecil yang
terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan bekerja sama saling
bergantung positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Setiap anggota
kelompok asal bertemu dalam kelompok ahli untuk membahas materi yang ditugaskan
pada masingmasing anggota kelompok ahli untuk membahas materi yang ditugaskan
pada masing-masing anggota kelompok dan bertanggung jawab atas bagian
dari materi belajar yang ditugaskan kepadanya. Setelah pembahasan tugas
seleseai kemudian kembali ke kelompok semula (asal) dan menjelaskan pada teman
sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan materi.
Berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Model pembelajaran tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar
dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja
sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan
bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut
kepada anggota kelompok yang lain.
b. Karakteristik pembelajara Jigsaw menurut Aronson ( dalam Supandi
dan Zainuri 2005). adalah :
1. Siswa belajar dalam
kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang dengan memperhatikan keheterogenan.
- Bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
- Terdapat kelompok asal dan kelompok hasil yang saling bekerjasama.
c.
Keungualan dan kelemahan
model pembelajaran Jigsaw
Menurut menurut Roy Killen
(1996) menyatakan bahwa keunggulan model pemelajaran Jigsaw
dapat
mengembangkan tingkah laku yang lebih baik antar siswa, dan dapat mengembangkan
kemampuan akademis siswa. Siswa lebih banyak belajar dari teman mereka dalam
belajar kooperatif dari pada guru. Ratumanan (2002) menyatakan bahwa
interaksi yang terjadi dalam bentuk kooperatif dapat memacu terbentuknya ide
baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Dan kelemahan Model
Pembelajaran Jigsaw sebegai berikut.
1) Prinsip utama pola pembelajaran ini adalah ‘peer teaching” pembelajaran oleh teman sendiri, akan menjadi
kendala karena perbedaan persepsi dalam memahami suatu konsep yang akan
didiskusikan bersama dengan siswa lain. (2) Dirasa sulit meyakinkan siswa untuk
mampu berdiskusi menyampaikan materi pada teman, jika siswa tidak memiliki rasa
kepercayaan diri. (3) Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa
harus sudah dimiliki oleh pendidik dan ini biasanya dibutuhkan waktu yang cukup
lama untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelompok tersebut. (4) Awal
penggunaan metode ini biasanya sulit dikendalikan, biasanya membutuhkan waktu
yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa
berjalan dengan baik. (5) Aplikasi metode ini pada kelas yang besar (
lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit, tapi bisa diatasi dengan model team
teaching.
d. Langkah-langkah pembelajaran model Jigsaw
Slavin (dalam Dony
georphi, 2012) mengemukakan bahwa beberapa tahap yang perlu diperhatikan dalam
penerapan model pembelajaran Jigsaw sebagai berikut. 1) Guru membagi suatu
kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4 – 6
siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah
anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran
yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa
diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua
siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang
disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa
mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana
bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok
asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw
(gigi gergaji). Misal suatu kelas dengan jumlah 40 siswa dan materi
pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri
dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok
ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa.
Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi
yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi
diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal. 2)
Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya
dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah
satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar
guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah
didiskusikan. 3) uru memberikan kuis untuk siswa secara individual. 4) Guru
memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan
perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor
kuis berikutnya. 5) Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru maka
perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
2.
Pemberian
Tugas
a. Pengertian Pemberian Tugas
Dalam kamus
besar Bahasa Indonesia (1999: 107), tugas diartikan sebagai sesuatu yang wajib
dikerjakan atau ditentukan untuk dilakukan, pekerjaan yang menjadi tanggung
jawab seseorang atau pekerjaan yang wajib dibebankan. Pemberian tugas adalah
suatu pekerjaan yang harus anak diselesaikan tanpa terikat dengan tempat.
Menurut Syaiful Bahri,
Djamarah dan Aswan Zain (2002:96) metode Pemberian Tugas adalah metode
penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan
kegiatan belajar.
Sedangkan menurut
Mulyani Sumantri dkk (2001:130) mengemukakan bahwa “Metode pemberian tugas atau
penugasan diartikan sebagai suatu cara interaksi belajar mengajar yang ditandai
dengan adanya tugas dari guru untuk dikerjakan peserta didik di sekolah ataupun
di rumah secara perorangan atau berkelompok”.
Dengan demikian, dari
uraian tersebut diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pemberian tugas
yaitu suatu cara interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya tugas
dari guru untuk dikerjakan peserta didik di sekolah, diluar jam pelajaran
maupun di rumah, sehingga dapat dikerjakan bersama temannya, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat
terintegrasi.
b. Fase-fase Pemberian Tugas
Menurut
Winarno.S, (www.scribd.com) pemberian tugas dapat mengikuti fase-fase berikut. 1) Fase pemberian tugas artinya Tugas yang diberikan kepada setiap anak didik harus jelas dan
petunjuk-petunjuk yang diberikan harus terarah. 2) Fase belajar artinya Fase
ini anak didik belajar (melaksanakan tugas) sesuai tujuan danpetunjuk-petunjuk
guru. 3)
Fase resitasi artinya Fase ini anak didik
mempertangungjawabkan hasil belajarnya, baik berbentuk laporan lisan maupun
tertulis.
c.
Indikator Pemberian Tugas
Metode
merupakan salah satu komponen interaksi edukatif yang berperan penting bagi terciptanya tujuan
pembelajaran. Menurut Winarno.S, (www.scribd.com) Beberapa kriteria yang
bisa digunakan dalam menilai keberhasilan metode ini pada siswa sebagai
berikut. 1)
Siswa dapat memahami dan mengikuti petunjuk yang diberikan guru. 2) Semua
siswa turut serta melakukan kegiatan belajar. 3)
Tugas-tugas belajar dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. 4) Siswa dapat memanfaatkan semua sumber belajar yang
disediakan guru. 6) Tanggung jawab siswa dalam
melaksanakan tugas-tugasnya. 7) Turut serta
dan terlibat aktif dalam melaksanakan tugas belajarnya. 8) Reaksi positif terhadap stimulus yang diberikan guru.
9) Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang
diberikan. 10) Aktif bertanya pada guru/ siswa
lain apabila tidak mengerti.
d.
Keunggulan dan Kelemahan Pemberian Tugas
Beberapa keunggulan dari metode pemberian tugas menurut Winarno.S antara lain :
1. Pengetahuan yang anak
didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama.
2. Anak didik berkesempatan
memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab, dan
berdiri sendiri.
3. Metode
pemberian tugas dapat merangsang daya pikir peserta didik, karena mereka
dituntut untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dihadapinya.
Adapun kelemahan atau
kekurangan pengunaan dari metode pemberia tugas antara lain :
1. Anak didik sering
melakukan penipuan, misalnya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau
bersusah payah mengerjakan sendiri.
2. Terkadang tugas itu
dikerjakan orang lain tanpa pengawasan.
3. Sukar memberikan tugas
yang memenuhi perbedaan individu.
3.
Aktivitas
Belajar
a. Pengertian Aktivitas Belajar
Aktivitas
Belajar adalah gerakan yang dilakukan
untuk sama-sama aktif ketika belajar dengan memanfaatkan sebanyak mungkin. Aktivitas
merupakan prinsip atau azas yang sangat penting di dalam interaksi belajar
mengajar. Prinsip-prinsip aktivitas dalam belajar dilihat dari sudut pandang
perkembangan konsep jiwa (Sadirman A.M,2007:96).
Dalam Kamus Besar Umum
Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa aktivitas adalah suatu kegiatan atau suatu
kesibukan. Dalam belajar aktivitas siswa yang dimaksud adalah kegiatan fisik
dan psikis. Yang dimaksud kegiatan fisik yaitu membaca, mendengar, menulis. Sedangkan
kegiatan psikis adalah yang sulit diamati seperti: mengingat, menyimpulkan dan
membandingkan (Moedjiono dan Moh. Dimyati,1994:106). Kata aktivitas berasal
dari bahasa Inggris yaitu activity yang berarti kegiatan
(Budiono,1998:13). Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer
disebut aktivitas berasal dari kata kerja yang berarti giat, rajin, selalu
berusaha, bekerja atau belajar dengan sungguh-sungguh supaya mendapat hasil
atau prestasi yang gemilang. Siswa adalah suatu organisasi yang hidup, dalam
dirinya beraneka ragam kemungkinan dan potensi yang hidup dan sedang
berkembang. Di dalam dirinya terdapat prinsip aktif, keinginan untuk berbuat
dan bekerja sendiri. Prinsif aktif inilah yang mengendalikan tingkah laku
siswa. Pendidikan perlu mengarahkan tingkah laku dan perbuatan itu menuju ke
tingkat perkembangan yang diharapkan (Oemar Hamalik,2004:170). Keaktifan
peserta didik dalam menjalani proses belajar mengajar merupakan salah satu
kunci keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan. Aktivitas disini tidak hanya
aktivitas fisik saja tetapi juga aktivitas psikis. Aktivitas fisik adalah
peserta didik giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun
bekerja, siswa tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat hanya pasif.
Sedangkan aktivitas psikis adalah peserta didik yang daya jiwanya bekerja
sebanyak-banyaknya berfungsi dalam rangka pengajaran (Ahmad Rohani,2004:6).
Dalam konsep belajar aktif, pengetahuan merupakan pengalaman pribadi yang
diorganisasikan dan dibangun melalui proses belajar, bukan merupakan pemindahan
pengetahuan yang dimiliki guru kepada anak didik sehingga tercipta lingkungan
belajar siswa yang dalam memperoleh pengetahuan melalui keterlibatan secara
aktif.
Jadi dapat disimpulkan aktivitas belajar merupakan
kegiatan atau perilaku siswa yang terjadi selama proses belajar mengajar.
Kegiatan – kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses
belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas – tugas, dapat
menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung
jawab terhadap tugas yang diberikan. Aktifnya siswa selama proses belajar
mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa
untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri – ciri
perilaku seperti : sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan
tugas yang diberikan oleh guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas
belajar, dan lain sebagainya. Semua ciri perilaku tersebut pada dasarnya dapat
ditinjau dari dua segi yaitu segi proses dan dari segi hasil. Keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru
dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan
suasana kelas menjadi segar dan kondusif,
di mana masing – masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin.
b.
Ciri-ciri Aktivitas Belajar
Paul
B. Diedrich (dalam Nasution, 1982:94-95) membuat suatu daftar kegiatan siswa
yang mengemukakan ciri-ciri aktivitas belajar antara lain dapat digolongkan
sebagai berikut.
1. Visual activities,
yang termasuk di dalamnya seperti membaca, memperhatikan gambar demonstrasi,
percobaan.
2. Oral activities,
seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat
mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik,
pidato.
4. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.
5. Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
6. Motor activities,
yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi,
model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.
7. Mental activities, sebagai
contoh misalnya: mengingat, memecahkan soal, menganalisis, mengambil keputusan.
8. Emotional activities, seperti minat, merasa bosan, berani, tenang, gugup, gembira,
bersemangat.
Jadi ciri-ciri aktivitas belajar dapat disimpulkan bahwa
setiap siswa ikut aktif baik di kelas maupun di luar kelas, serta aktif
mendiskusikan pemahamannya dalam berinteraksi baik kepada guru maunpun kepada
teman-teman
c. Jenis-jenis Aktivitas Belajar
Dibawah ini ada beberapa jenis
aktivitas belajar menurut pengertian dari para ahli diantaranya:
1. Mendengarkan
Menurut
Burhan (1971:81),
“Mendengarkan adalah suatu proses menangkap, memahami, dan
mengingat dengan sebaik-baiknya apa yang
didengarnya atau sesuatu
yang dikatakan oleh orang lain kepadanya.” Dalam konsep tersebut
terdapat tiga tahapan proses mendengarkan. Ketiga tahapan proses mendengarkan itu adalah
sebagai berikut: 1). Tahap
menangkap dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu yang
dikatakan oleh orang lain kepadanya, 2).
Tahap memahami dengan sebaik-baiknya apa
yang didengarnya atau sesuatu yang dikatakan oleh orang lain
kepadanya. 3). Tahap mengingat dengan
sebaik-baiknya apa yang
didengarnya atau sesuatu yang
dikatakan oleh orang lain kepadanya. Tahap menangkap dengan sebaik-baiknya apa yang
didengarnya merupakan tahapan awal. Tahap
ini sangat penting
untuk menentukan keberhasilan mendengarkan. Pada tahap ini
dibutuhkan konsentrasi yang sangat tinggi, agar hasil dengaran
sesuai dengan apa
yang disampaikan oleh
orang lain kepadanya. Selanjutnya,
hasil dengaran tersebut
harus dipahami, lalu diterjemahkan dengan
kata-kata sendiri dengan
tujuan agar mudah diingat.
Oleh karena itu, tahapan berikutnya adalah mengingat dengan
sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu yang dikatakan oleh orang lain
kepadanya.
2. Menulis atau Mencatat
Menulis
atau mencatat merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari aktivitas belajar.
Dalam pendidikan tradisional kegiatan mencatat merupakan aktivitas yang sering
dilakukan. Walaupun pada waktu tertentu seseorang harus mendengarkan isi
ceramah, namun dia tidak bisa mengabaikan masalah mencatat hal-hal yang
dianggap penting. Dalam kooperatif masalah mencatat tidak bisa terlepas dalam
belajar, dengan catatan yang akurat dari materi yang disampaikan dari guru
maupun dari buku-buku akan mampu menuntun siswa dalam menyelesaikan masalah
atau soal yang dihadapinya dalam kelompok belajar.
3. Membaca
Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling
banyak dilakukan selama belajar di sekolah atau di perguruan tinggi. Membaca
disini tidak mesti membaca buku belaka, tetapi juga membaca majalah, koran,
tabloid, jurnal-jurnal hasil penelitian, catatan hasil belajar atau kuliah dan
hal-hal lainnya yang berhubungan dengan kebutuhan studi. Membaca buku merupakan
suatu proses untuk memperoleh pengertian dari kombinasi beberapa huruf dan kata. Hasil akhir dari proses membaca adalah seseorang
mampu membuat intisari dari bacaan.
4. Bertanya dan Menanggapi
Aktivitas bertanya adalah merupakan suatu
kemampuan anak untuk belajar berbicara dalam kontek ketidak mengertian dalam
materi maupun untuk melatih keberaniannya didalam belajar berbicara. Dan
Aktivitas Menanggapi maupun menjawab adalah suatu kemampuan yang dimiliki siswa
untuk menguji kemampuan belajarnya. Sekaligus memotivasi untuk bersaing dalam
belajar.
Sudirman, (2006:45).
mengungkapkan pengertian Bertanya adalah pertanyaan yang dikeluarkan oleh
seseorang untuk mengemukakan sesuatu yang ingin diketahuinya bertanya dapat
antar siswa dengan siswa, antara siswa dengan orang lain, dan antara siswa dan
guru sedangkan aktivitas bertanya adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka
belajar dan langkah yang dilakukan kemudian. Aktivitas bertanya merupakan perangsang yang dapat mendorong siswa dan guru
untuk berpikir dan belajar, membangkitkan pengertian baru
Adapun maksud aktivitas
bertanya dalam penelitian ini ialah siswa dalam pelaksanaan proses belajar
maupun dalam proses evaluasi kerja kelompok tidak mengalami suatu kesulitan
dalam menjawab dan memecahkan suatu masalah yang dihadapinya. Sehingga apapun
kendala atau permasalahan yang belum dimengerti siswa harus menanyakan masalah
itu kepada guru maupun kepada teman kelompoknya. Seperti ungkapan malu bertanya akan sesat di jalan.
5. Berpikir
Berpikir adalah termasuk
aktivitas belajar. Dengan berpikir orang memperoleh penemuan baru,
setidak-tidaknya orang menjadi tahu tentang hubungan antara sesuatu. Berpikir
adalah tingkah laku yang menggunakan ide untuk membantu seseorang melakukan
suatu kegiatan. Ada beberapa Macam-macam kegiatan berpikir dapat digolongkan
sebagai berikut: 1) Berpikir artistik yaitu proses berpikir yang sangat
subjektif. Jalan pikiran sangat dipengaruhi oleh pendapat dan pandangan diri
pribadi tanpa menghiraukan keadaan sekitar. Ini sering dilakukan oleh para
seniman dalam mencipta karya-karya seninya. 2). Berpikir terarah yaitu proses
berpikir yang sudah ditentukan sebelumya. Dan diarahkan pada sesuatu, biasanya
diarahkan pada pemecahannya persoalan. Dua macam berpikir terarah, yaitu: a)
Berpikir kritis yaitu membuat keputusan atau pemeliharaan terhadap suatu
keadaan. b) Berpikir kreatif yaitu berpikir untuk menentukan hubungan-hubungan
baru antara berbagai hal, menemukan pemecahan baru dari suatu soal, menemukan
sistem baru, menemukan bentuk artistik baru dan sebagainya. (http://www.tugaskuliah.info/2009/06/makalah-psikologi-umum-berpikir)
6. Latihan atau Praktek
Learning
by doing adalah konsep
belajar yang menghendaki adanya penyatuan usaha mendapatkan kesan-kesan dengan
cara berbuat. Belajar sambil berbuat dalam hal ini termasuk latihan. Latihan
termasuk cara yang baik untuk memperkuat ingatan. Dalam penelitian ini Praktik
yang dimaksud ialah belajar dalam berkelompok, memecahkan suatu soal atau
permasalahan secara besama-sama. Dan melatih mental untuk belajar bekerja sama,
belajar bertanggung jawab terhadap apa yang dikerjakan.
aktivitas belajar di
atas menunjukan bahwa aktivitas siwa sangat kompleks dan bervariasi. Tentu saja
hubungan aktivitas satu dengan yang laninya merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan. Hal ini berarti dalam suatu kegiatan motoris terkandung
kegiatan mental dan disertai oleh perasaan tertentu.
d. Cara
Menilai Aktivitas Belajar
Untuk menilai aktivitas belajar siswa dapat dilakukan
dengan jalan observasi. Observasi artinya peninjauan secara cermat, mengamati
secara teliti (KBBI, 2003:403) jadi dengan mengadakan observasi kepada siswa
saat mereka sedang belajar, guru dapat melakukan penilian
tentang kegiatan/aktivitas yang dilakukan dalam proses menyerap informasi atau
ilmu pengetahuan(Syaiful Bahri Djamarah, 2000:35). Tetapi bila siswa sama
sekali tidak memiliki motivasi untuk melakukan aktivitas belajar dari dalam
dirinya, maka langkah yang dapat di tempuh oleh seorang guru untuk menumbuhkan
motivasi belajar siswa adalah dengan memberikan motivasi ekstrinsik kepada
siswa. Motivasi ekstrisik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena
ada rangsangan dari luar (Syaiful Bahri Djamarah, 2000:37). Ada beberapa motivasi ekstrisik yang dapat
diterapkan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa diantaranya adalah: 1)
memberi angka, 2) memberi hadiah, 3) memberi reinforcement yang positif atau
negatif, 4) menumbuhkan iklim persaingan yang sehat, dan 5) memberi evaluasi.
e. Manfaat Aktivitas dalam Pembelajaran
Oemar
Hamalik (2001:9) menyatakan bahwa penggunaan aktivitas dalam proses memiliki
manfaat antara lain:
1. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek
pribadi siswa.
2. Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar
yang demokrasi dan kekeluargaan,
musyawarah, dan mupakat.
3. Memupuk kerjasama yang harmonis dikalangan
para siswa yang pada gilirannya dapat
memperlancar kerja kelompok.
4. Siswa belajar dan dan bekerja berdasarkan
minat dan kemampuan sendiri sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelajaran
individu.
5. Membina dan memupuk kerjasama antara sekolah
dan masyarakat, dan hubungan antara
guru dengan orang tua siswa yang bermanfaat dalam penelitian siswa.
6. Pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara
realistik dan kreatif, sehingga mengembangkan pengetahuan dan berfikir kritis
serta menghindari terjadinya verbalisme.
7. Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi
hidup sebagaimana halnya dalam kehidupan masyarakat kecil.
4.
Prestasi Belajar
a. Pengertian
Prestasi
Syaful Bahrin djmarah (
2002: 19) dinyatakan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah
dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Dalam
kenyataan, untuk mendapat sebuah prestasi tidak semudah yang dibayangkan,
tetapi penuh perjuangan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi untuk
mencapainya. Hanya dengan keuletan dan optimisan dirilah yang dapat membantu
untuk mencapainya. Oleh karena itu persiapan prestasi haruslah dengan jalan
keuletan kerja.
Hamalik (1994: 45)
berpendapat bahwa prestasi adalah perubahan sikap dan tingkah laku setelah
menerima pelajaran atau setelah mempelajari sesuatu.
WJS. Poerwadarminata
(1986: 20) dinyatakan bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (
dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya )
Dari beberapa
pengertian yang dikemukakan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi
adalah hasil dari suatu kegitan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang
menyenangkan hati, yang diproleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual
maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu dan perubahan sikap dan tingkah
laku setelah menerima pelajaran atau setelah mempelajari sesuatu.
b. Pengertian Belajar
Syaful Bahrin Djamarah
( 2002: 21) dinyatakan belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara
sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Hasil
dari aktivitas belajar terjadilah perubahan dalam diri individu. Dengan
demikian belajar belajar dikatakan telah berhasil bila telah terjadi perubahan
dalam diri individu. Sebaliknya bila tidak terjadi dalam diri individu maka
belajar dikatakan tidak berhasil.
Hakekat belajar adalah
suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku pada diri individu
yang belajar. Perubahan tingkah laku terjadi karena usaha individu sesuai
dengan kemampuan yang bersangkutan ( Depdikbud, 2004 : 3 ). Belajar dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu: bahan yang dipelajari, kondisi individual sipelajar
dan lingkugan. Factor – factor tersebut diatur sedemikian rupa, agar mempunyai
pengaruh yang membantu tercapainya kompetisi secara optimal. Proses belajar
dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran merupakan proses
yang kompleks dan senantiasa berlangsung dalam berbagai situasi dan kondisi.
Belajar adalah suatu
proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.
(Hamalik Pemar : 2001) Menurut
pengertian ini belajar merupakan suatu proses yakni suatu kegiatan dan bukan
suatu hasil atau tujuan. Yang menjadi hasil dari belajar bukan penguasan hasil
latihan melainkan perubahan tingkah laku. Karena belajar merupakan suatu
perubahan tingkah laku, maka diperlukan pembelajaran yang bermutu yang langsung
menyenangkan dan mencerdaskan siswa. Suasana kondisi pembelajaran yang
menyenangkan dan mencerdaskan siswa itu salah satunya dapat tercipta melalui
model pembelajaran kooperatif yang dikombinasikan dengan metode Retitasi.
Berdasarkan pandangan
tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa balajar adalah proses perubahan
tingkah laku yang berhubungan dengan tingkah laku yang berhubungan dengan
sikap, nilai, keterampilan dan pemahaman terhadap pengetahuan sehingga lebih
mudah untuk menyesuaikan terhadap lingkungannya.
c.
Pengertian
Prestasi Belajar
Menurut damar Hamatik
prestasi belajar adalah derajat perubahan tingkah laku. Prestasi belajar adalah
suatu kecakapan yang sesungguhnya atau hasil yang diproleh setelah melakukan
kegiatan belajar pada periode tertentu (Nurkancana, 1992). Hasil belajar
dibedakan menjadi dua yaitu dampak pengajaran dan dampak pengiring. Dampak
pengajaran berupa hasil yang dapat di ukur nilai sedangkan dampak pengiring
adalah terapan pengetahuan dan kemampuan yang diprolehnya dibidang lain atau
transfer belajar. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa dilihat
dari peningkatan perubahan tingkah laku maupun piningkatan nilai dalam proses
pembelajaran. Menurut Mudjiono ( 2002 : 6 ) “ prestasi belajar adalah hasil
yang dicapai dari proses beajar mengajar yang berupa, pengetahuan, kecakapan
dan kemampuan intelektual dalam bidang pengetahuan tertentu”. Ciri – ciri
prestasi belajar diantaranya : menurut Mudjiono ( 2002 : 45 ). (1) adanya
kemampuan mengingat dan mengungkapkan informasi, (2) adanya peningkatan
kemampuan intelektual, (3) adanya peningkatan kemampuan menilai dan bersikap, (4)
adanya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
Ciri – ciri prestasi
belajar diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah adanya perubahan
pada diri siswa diakibatkan dari kegiatan proses belajar siswa berupa
pemahaman,pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Menurut Whiterington (
dalam Bhucori, 1991 : 212 ) prestasi belajar dapat dilihat dari perkembangan
dari keterampilan didalam aktivitas total dalam pembelajaran. Intelegensi yang
sangat berpengaruh didalam proses pembelajaran untuk mendapatkan prestasi
belajar yang maksimal. Jadi perubahan tingkah laku dan pencapaian nilai yang
baik adalah merupakan prestasi belajar siswa didalam proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran pada khususnya, dan tujuan pendidikan itu sendiri.
Untuk menerapkan model pembelajaran dengan tujuan memproleh peningkatan
prestasi belajar, perlu mengarahkan siswa untuk berlatih. Hasil perbuatan siswa
dapat diwujudkan dalam bentuk peningkatan pengetahuan, penguasaan prilaku (
kognitif, afektif, dan psikomotorik)dan perbaikan keseluruhan keperibadian (
wahad dan salehudin, 1997:11)
Menurut pendapat Raka
Joni ( dalam Aryanti 2003 ) ciri – ciri dari hasil belajar dapat dilihat dari
berbagai hal antara lain : 1) adanya kemampuan siswa yang mencangkup dua pokok
masalah antara lain (a) ulangan sebagai usaha untuk memelihara komonitas antar
bahan pengajaran yang telah diajarkan dengan bahan baru, (b) ulangan dalam arti
penilaian : diberikan setelah satuan bahan pembelajaran selesai diberikan
dengan tujuan untuk menilai prestasi belajar siswa, dan berfunsi untuk
memperbaiki proses belajar mengajar. 2) adanya minat dan motivasi belajar.
Mengacu pada pendapat
diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar berupa
pengetahuan, kecakapan, dan kemampuan intelektual setra perubahan tingkah laku
yang dicapai siswa yang mengalami proses belajar dalam waktu tertentu.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Prestasi Belajar
Menurut Kartono Kartini
dalam Tulus Tu’u (2004:83), faktor-faktor yang mempebgaruhi prestasi belajar
siswa antara lain :
1. Faktor
dalam (internal) Faktor yang bersumber dari diri siswa itu sendiri seperti :
(a) faktor fisik (b) faktor psikis;
a. Faktor
fisik, yang dimaksud adalah fisik yang sehat mempengaruhi prestasi belajar
menjadi lebih baik. Fisik yang lemah, misalnya dalam keadaan sakit atau payah,
dapat menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam belajar, sehingga sangat
mempengaruhi hasil prestasi belajar.
b. Faktor
psikis, juga sangat menentukan dalam mencapai hasil atau prestasi belajar.
Faktor ini meliputi : (a) kecerdasan
atau intelegensi adalah kemampuan dasar yang dibawa sejak lahir dan faktor ini
sangat menentukan prestasi belajar, (b) motivasi, ini diartikan bahwa motivasi
adalah sebagai suatu kekuatan atau dorongan yang dapat mempengaruhi tingkah
laku untuk melakukan kegiatan yang menjadi tujuan antara lain : memberikan
semengat belajar, meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan guna mencapai
tujuan yang diinginkannya, ( c ) minat adalah sebagai suatu tenaga pendorong,
menyebabkan sesorang menaruh perhatian kepada suatu aktivitas termasuk kegiatan
belajar. Keberhasilan seseorang dalam belajar sangat dipengaruhi oleh minat
yang dimiliki.
2.
Faktor Eksternal
Selain faktor internal,
faktor eksternal pun mempengaruhi prestasi belajar anak. Faktor eksternal itu
meliputi lingkungan, metode, kurikulum, tenaga pengajar atau guru dan sarana
prasarana yang menunjang seperti perpustakaan. Untuk memproleh hasil belajar
yang baik, maka antara faktor internal dan eksternal harus terjadi
keseimbangan, tenaga menumbuhkan kemandirian pada anak dan mengajarkan anak
untuk menemukan pengalaman yang baru.
Kedua faktor diatas
yaitu faktor internal dan faktor eksternal, sangat menunjang dalam peningkatan
kreativitas dan prestasi belajar siswa. Minat, bakat, motivasi, dan kecerdasan
siswa akan berkembang secara optimal bila didukung oleh lingkungannya. Lingkungan
yang mendukung membawa dampak bagi kekreativitasan dan prestasi belajar siswa
dalam proses pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Hindu.
Bila kedua faktor ini saling menunjang, misalnya mempunyai minat dan kecerdasan
dan bila siswa itu dididik dan sarana prasarana manunjang maka siswa tersebut
mendapat hasil pembelajaran yang optimal, sesuai dengan tujuan pembelajaran,
yaiu meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam Pendidikan Agama
Hindu.
e.
Aspek
Prestasi Belajar
Pendidikan merupakan
proses belajar mengajar yang dapat menghasilkan
perubahan tingkah laku yang diharapkan. Segera setelah anak dilahirkan mulai terjadi proses belajar pada diri anak dan hasil yang diperoleh adalah kemampuan
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan pemenuhan kebutuhan. Pendidikan
membantu agar proses itu berlangsung secara berdaya guna dan berhasil guna. Hasil pendidikan berupa perubahan sikap nyata meliputi bentuk kemampuan. Menurut Taksonomi Bloom dkk diklasifikasikan dalam tiga domain :
perubahan tingkah laku yang diharapkan. Segera setelah anak dilahirkan mulai terjadi proses belajar pada diri anak dan hasil yang diperoleh adalah kemampuan
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan pemenuhan kebutuhan. Pendidikan
membantu agar proses itu berlangsung secara berdaya guna dan berhasil guna. Hasil pendidikan berupa perubahan sikap nyata meliputi bentuk kemampuan. Menurut Taksonomi Bloom dkk diklasifikasikan dalam tiga domain :
1. Kognitif ( kognitive domain )
2. Afektif ( Affective domain )
3. Psikomotorik ( Psychomotor domain)
Dari uraian diatas
dapat diketahui bahwa ada tiga aspek yang terdapat dalam prestasi belajar yaitu
aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Ketiga aspek diatas merupakan kedalaman
pendidikan agama islam yaitu aspek- aspek yang terkandung oleh pemikiran agama
islam. Kerja aspek- aspek diatas akan diuraikan sebagai berikut :
1. Aspek
Kognitif
Yang termasuk kemampuan kognitif
adalah :
a.
Mengetahui, yaitu kemampuan mengingat
apa yang sudah dipelajari
b.
Memahami, yaitu kemampuan menangkap
makna dari yang dipelajari
c.
Menerapkan, yaitu kemampuan untuk menggunakan
hal yang sudah dipelajari kedalam
sesuatu yang baru dan konkrit
d.
Menganalisa, yaitu kemampuan untuk
memerinci hal yang dipelajari kedalam unsur- unsurnya agar struktur organisasinya
dapat dimengerti.
e.
Mensintesis, yaitu kemampuan untuk
mengaplikasikan bagian- bagian untuk
membentuk satu kesatuan yang baru.
f.
Mengevaluasi, yaitu kemampuan untuk
menentukan nilai sesuatu yang dipelajari untuk suatu tujuan tertentu.
Kemampuan diatas sifatnya hirarkis
yaitu kemampuan yang pertama harus
dikuasai terlebih dahulu sebelum menguasai yang ketiga dan seterusnya.
dikuasai terlebih dahulu sebelum menguasai yang ketiga dan seterusnya.
2.
Aspek Afektif
Yang termasuk kemampuan afektif adalah :
a.
Menerima ( receiving ), yaitu kesediaan
untuk memperhatikan
b.
Menanggapi, yaitu aktif berpartisipasi
c.
Menghargai, yaitu penghargaan terhadap
benda, gejala, perbuatan tertentu.
d.
Membentuk, yaitu memadukan nilai- nilai
yang berbeda menyelesaikan pertentangan dan membentuk sistem nilai yang
bersifat konsisten internal.
e.
Berpribadi, yaitu mempunyai sistem nilai
yang mengendalikan perbuatan untuk
menumbuhkan life skill yang mantap.
3.
Aspek Psikomotor
Yang
dimaksud dengan kemampuan psikomotor adalah kemampuan yang
menyangkut kegiatan otot dan kekuatan fisik.jadi tekanan kemampuan yang
menyangkut koordinasi syaraf otot, menyangkut penguasaan tubuh dan gerak.
Kemampuan psikomotor menyangkut kegiatan fisik yang meliputi kegiatan
melempar, mengangkat, berlari dan sebagainya.
menyangkut kegiatan otot dan kekuatan fisik.jadi tekanan kemampuan yang
menyangkut koordinasi syaraf otot, menyangkut penguasaan tubuh dan gerak.
Kemampuan psikomotor menyangkut kegiatan fisik yang meliputi kegiatan
melempar, mengangkat, berlari dan sebagainya.
Walaupun
telah diklasifikasikan dalam tiga aspek sebagaimana uraian di atas, namun dalam
kenyataanya yaitu dalam situasi belajar mengajar yang sebenarnya antara
kognitif dan afektif maupun psikomotor mengajar harus memperhatikan hal- hal
dibawah ini:
1. Apa
yang ingin dicapai di dalam proses belajar mengajar
2. Bagaimana
murid harus belajar
3. Metode
dan bahan apa yang dapat berhasil guna dalam proses belajar mengajar
4. Perubahan
tingkah laku yang diharapkan dapat dihasilkan dalam proses belajar mengajar.
f.
Cara
mengevaluasi Prestasi Belajar
Dalam dunia pendidikan,
khususnya dunia persekolahan guru wajib mengetahui sejauh mana keberhasilan
siswanya telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Untuk
melaksanakan penilaian tentang prestasi belajar siswa maka guru sebagai subyek
evaluasi untuk setiap tes. Maka alat evaluasi yang digunakan dapat digolongkan
mennjadi dua macam, yaitu: tes dan bukan tes (non - tes).
Selanjutnya tes dan non
tes ini juga disebut sebagai teknik evaluasi. Tes adalah suatu alat, atau
prosedur yang sistematis dan obyektif untuk memperoleh data–data atau
keteranngan– keterangan yang diinginkan tentang seseorang, denngan cara yang
boleh dikatakan tepat dan cepat. Menurut Mukthar Bukhari di dalam bukunya
“Tehnik-tehnik Evaluasi”, bahwa tes ialah suatu percobaan yang diadakan untuk
mengetahui ada dan tidaknya hasil - hasil tertentu pada seseorang murid atau
kelompok.
Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur/menentukan prestasi
belajar siswa, maka dibedakan atas adanya 3 macam tes, yaitu;
1.
Tes Diagnostik
Adalah tes yang digunakan untuk
mengetahui kelemahan – kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan –
kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian
perlakuan yang tepat.
2.
Tes Formatif
Dari kata "from" yang
merupakan dasar dari istilah "formatif", maka evaluasi formatif
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana telah terbentuk setelah mengikuti
sesuatu program tertentu. Dalam kedudukannya seperti ini tes formatif dapat
juga dipandang sebagai tes diagnostik pada ahkir pelajaran. Evaluasi formatif
atau tes formatif diberikan pada ahkir setiap program. Tes ini merupakan
post-tes atau tes ahkir.
3. Tes
Sumatif
Evaluasi
sumatif atau tes sumatif dilaksanakan setelah ahkirnya pemberian sekelompok
program atau sebuah program yang lebih besar. Dalam pengalaman di sekolah tes
formatif dapat disamakan dengan ulangan harian, sedangkan tes sumatif ini dapat
disaamakan dengan ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada tiap akhir catur
wulan atau akhir semester akhir.
Berhubungan
dengan adanya bermacam-macam penilaian ini dengan sendirinya akan memiliki
fungsi yang berbeda-beda pula.
1. Tes
Diagnostik
Penilaian
diagnostik berfungsi untuk menempatkan siswa, yang meliputi beberapa hal yaitu
:
a.
Menetapkan ada tidaknya
pengetahuan–pengetahuan dan atau keterampilan–keterampilan yang disebut
prerequisite.
b.
Menetapkan tingkat penguasaan siswa
terhadap bahan-bahan pelajaran yang diberikan sebelumnya
c.
Mengelompokan siswa atau dasar
bermacam-macam metode pengajar
d.
Menetapkan faktor-faktor penyebab
kegagalan yang berulang-ulang dari siswa dalam
belajarnya.
2.
Tes Formatif
Sedangkan
penilaian formatif memiliki fungsi sebagai berikut:
a.
umpan balik bagi siswa dan guru tentang
kemajuan belajar yang berhasil di capai dalam suatu unit pelajaran.
b.
Menetapkan dimana letak titik-titik
kelemahan dari suatu unit pelajaran sehingga dengan
demikian dapat di susun dan diberi alternatif-alternatif pengajaran perbaikan.
3.
Tes Sumatif
Sedangkan penilaian sumatif memiliki fungsi
untuk pemberian tanda lulus atau nilai untuk siswa pada akhir suatu unit
pengajaran, semester atau suatu tahap dalam
pendidikan di sekolah.
B.
Temuan Hasil
Penelitia Yang Relevan
Adapun beberapa hasil yang relevan yang dapat
mendukung hasil penelitian yang menggunakan judul Meningkatkan Aktivitas dan
Prestasi Belajar Agama Hindu Melalui Penerapan Metode Jigsaw dan Pemberian Tugas “ ( Eksperimen pada siswa Kelas V SD
Negeri 3 Gunungsari Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng Tahun Ajaran 2012-2013 ) dalam penelitian ini
antara lain :
Beberapa kajian pustaka
yang relevan digunakan untuk mendukung variabel penelitian ini antara lain :
Adnyana (2007) menyatakan bahwa metode pembelajaran bermakna terbukti mampu
untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa SMA Negeri 2 Singaraja.
Salah satu sekolah favorit ini memang menjadi salah satu barometer dalam
pembelajaran. Hal ini terjadi karena segala kemampuan atau kebaikan dan
keburukan dalam bidang pendidikan bisa diperoleh. Penelitian ini dilaksanakan
dalm dua siklus dengan analisis data secara naratif kualitatif dengan metode
pengumpulan data melalui wawancara dan observasi.
Yenrika Kurniati Rahayu (2007) yang menyatakan bahwa aktivitas siswa selama
pembelajaran dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran mengalami
peningkatan. Perubahan sikap siswa terhadap pembelajaran dengan metode Jigsaw dan Pemberian Tugas oleh siswa
membaik. Ini juga diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Berti
Yolida (2009) yang menyatakan bahwa : (1) Penerapan pembelajaran dengan metode Jigsaw dan Pemberian Tugas dapat
meningkatkan motivasi siswa. Motivasi siswa meningkat pada setiap siklusnya
dengan persentase peningkatan pada siklus I sebesar 74,33%, siklus II 86,44%,
si. (2) Penerapan pembelajaran
dengan metode Jigsaw
dan Pemberian Tugas dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Persentase peningkatan yaitu pada siklus I sebesar
6,74 dan siklus II 7,93, serta siklus dengan ketuntasan kelas pada siklus I
sebesar 72,9%, pada siklus II sebesar 94,74%. Di samping itu juga penelitian
yang lain yang memperkuat tentang pembelajaran kooperatif yaitu penelitian dari Ni Kadek Sriwasih (2009)
yang menyatakan bahwa Model pembelajaran Kooperatif dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dengan hasil rata-rata (M) pada siklus I 68,40 menjadi 75,40 pada
siklus II, kemudian Daya serap (DS) pada siklus I sebesar 68,40% menjadi 75,40%
pada siklus II dan Ketuntasan Belajar (KB) pada siklus I 60% menjadi 88% pada
siklus ke II.
Berdasarkan temuan penelitian di atas disimpulkan bahwa Model Pembelajaran
dengan metode Jigsaw dan Pemberian Tugas dapat meningkatkan keterampilan berfikir yang kritis serta
meningkatkan motivasi belajar siswa. Dengan adanya peningkatan berfikir kritis
dan motivasi siswa dalam pembelajaran, maka Pembelajaran dengan metode Jigsaw dan Pemberian Tugas juga dapat menigkatkan Aktivitas dan prestasi belajar
siswa.
C.
Kerangka Pikir
Berdasarkan beberapa teori dan kajian hasil penelitian
yang relevan yang telah diuraikan di atas yang mendukung variabel penelitian
ini, dapat disusun kerangka pikir
sebagai berikut:
Model
Pembelajaran Jigsaw
Pemberian Tugas
|
Aktivitas
Belajar
Siswa
|
Prestasi
Belajar
Siswa
|
Gambar. 01. Kerangka Pikir
Berdasarkan bagan kerangka pikir di atas disini dapat
dijelaskan bahwa
Untuk
menerapkan metode pembelajaran, pertama-tama yang harus diingat bahwa tidak ada
satu pun model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengajarkan segala macam
hasil belajar. Setiap model unik dan hanya cocok untuk mengajarkan hasil
belajar tertentu, cara belajar siswa juga berbeda antara satu siswa dengan
siswa yang lain. Ada siswa yang belajar lewat mendengar, yang lain lewat
membaca, sementara yang lain baru dapat belajar bila mengulang
kembali atau mempresentasikan secara langsung. Karena itu, tentu sangat mustahil menggunakan satu model
pembelajaran untuk semua siswa. Pembelajaran terpadu dan pemberian tugas
dilakukan untuk mengoptimalkan pencapaian semua hasil belajar dan mengakomodasi
sebanyak-banyaknya perbedaan siswa.
Penggunaan Model Pembelajaran dengan metode Jigsaw dan Pemberian Tugas merupakan cara menyajikan materi
pembelajaran atau strategi pembelajaran dimana dapat dijelaskan kolaburasi
antara Model Pembelajaran Jigsaw
dengan metode Pemberian Tugas adalah
metode kolaburasi atara keduanya. Dimana siswa yang terbagi dalam
kelompok-kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa diberikan kesempatan berkordinasi dengan teman sebaya dalam bentuk diskusi
kelompok dalam memecahkan tugas-tugas yang diberikan dan juga meresume dan meringkas materi yang di
sampaikan dari kelompok lain, maupun
dari guru itu sendiri yang kemudian siswa
merangkai dengan kata-kata atau pola pikirnya sendiri , kemudian dalam
memecahkan masalah melalui diskusi kelompok mereka saling membantu untuk
memahami suatu pelajaran. Semakin mantap model pembelajaran ini diterapkan
dalam pembelajaran, maka diduga dapat meningkatkan Aktivitas
belajar siswa dan begitu
juga prestasi belajar siswa Pendidikan Agama Hindu akan meningkat.
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori yang digunakan diatas serta temuan hasil yang
relevan hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut.
Bahwa ada
pengaruh prestasi belajar Pendidikan Agama Hindu antara siswa yang diajarkan
dengan menggunakan metode Jigsaw
dan Pemberian Tugas dengan siswa yang tidak
diajarkan dengan menggunakan Jigsaw dan Pemberian Tugas
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A.
Rancangan Penelitian
Jenis
penelitian yang akan dilakukan yaitu Penelitian Eksperimen. Penelitian
Eksperimen adalah penelitian yang bertujuan untuk menguji keefektifan suatu
teori / model dengan cara menerapkan ( treatment
) pada suatu kelompok subjek penelitian dengan menggunakan kelompok pembanding
yang biasa disebut kelompok Kontrol (
Agung, 4: 2012 ).
Menurut Yatim Riyanto (1996 : 28 – 40) eksperimen merupakan penelitian
yang sistematis, logis, dan teliti didalam melakukan kontrol terhadap kondisi.
Dalam pengertian lain, eksperimen adalah penelitian dengan melakukan percobaan
terhadap kelompok eksperimen, kepada tiap kelompok eksperimen dikenakan
perlakuan-perlakuan tertentu dengan kondisi-kondisi yang dapat di kontrol. Desain
penelitian adalah rencana atau rancangan yang di buat oleh peneliti, sebagai
ancar-ancar kegiatan yang akan di laksanakan.”
Desain Eksperimen dapat dibagi
menjadi 3 bagian yaitu :
1. Pre Experimental
a. One Shot Case Study
X O
Keterangan : X = Treatment yang diberikan
O = Observasi
b. One Group Pretest Postest
O1 X O2
Keterangan : O1 = Nilai Pretest
O2 = Nilai Postest
X = Treatment
Pengaruh variable bebas terhadap variable
terikat = (O2-O1)
c. Intec Group Comparison
X O1
- O2
Keterangan : O1 = Postest Group Experimen
O2 = Postest Group Control
Pengaruh Perlakuan = O1-O2
2. True Experimental
a. Protest Only Contectual Group
R X O2
R – O4
Keterangan : O2 = Postest Experimen Group
O4 = Postest Control Group
X = Treatment
Pengaruh Perlakuan O2 : O4
b. Pretest Postest Control Group
R O1 X O2
R O3 – O4
Keterangan : R = Kelompok
Pengaruh Perlakuan = (O2-O1) – (O4-O3)
3. Quasi Experimental
a. Time Series Design
O1 O2 O3 O4 X O5 O6 O7 O8
Keterangan
: O1 O2 O3 O4 = Pretest dalam 1 kelas
O5 O6 O7 O8 = Postest dalam
1 kelas
Pengaruh Perlakuan :
(O5+O6+O7+O8)-(O1+O2+O3+O4)
b. None Quivalent Control Group Design
O1 X O2
O3 - O4
Keterangan : O1 O2 = Group Control
O3 O4 = Group Experiment
Pengaruh Treatment : (O2-O1)-(O4-O3)
Dalam eksperimen ini, peneliti menggunakan rancangan penelitian
yaitu Free eksperimental. Salah satu dari rancangan free eksperimental adalah Rancangan pra dan pasca uji satu
kelompok (one group pretest –posttest
design). Rancangan ini melakukan pengukuran sebelum dan sesudah perlakuan
diberikan untuk mengetahui perbedaan akibat perlakuan yang diberikan. Penjelasan
hal diatas dapat digambarkan sebagai berikut :
One- Group Pretest Postest
O1 X
O2
|
Keterangan
:
O1 = pretest sebelum
perlakuan
O2 = postes setelah
perlakuan
X = perlakuan
Pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat = O1 – O2
Dalam
rancangan ini tidak diadakan kelompok kontrol, yang diukur bersama sama dengan
perlakuan. Namun demikian sudah cukup menjelaskan akibat perlakuan, meskipun
banyak variabel luar yang ikut berpengaruh dan sulit untuk dikontrol.
B. Populasi Dan Sampel.
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2005:55). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 3 Gunungsari.
Yang keseluruhan berjumlah 20 orang untuk lebih jelasnya dapat melihat pada
tabel berikut:
Tabel 1 Jumlah Populasi
Kelas V SD Negeri 3 Gunungsari
No
|
Kelas V
|
Jumlah
|
1.
|
Laki-laki
|
4
orang
|
2.
|
Perempuan
|
16
orang
|
Jumlah
|
20 orang
|
2. Sampel
Sampel adalah contoh, monster,
representan atau wakil dari suatu populasi yang cukup besar jumlahnya atau satu
bagian dari keseluruhan yang dipilih dan representatif sifatnya. Aktivitas
pengumpulan sampel disebut sampling. Tujuan peneliti mengambil sampel adalah
memperoleh keterangan mengenai obyek penelitian dengan jalan hanya mengamati
sebagian saja dari populasi. Hal ini dilakukan karena berbagai faktor yang
perlu dipertimbangkan.
Pengertian Sampel
menurut Wikipedia: Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti;
dipandang sebagai suatu pendugaan terhadap populasi, namun bukan populasi itu
sendiri. Sampel dianggap sebagai perwakilan dari populasi yang hasilnya
mewakili keseluruhan gejala yang diamati. Ukuran dan keragaman sampel menjadi
penentu baik tidaknya sampel yang diambil. Terdapat dua cara pengambilan
sampel, yaitu secara acak (random)/probabilita dan tidak acak
(non-random)/non-probabilita.
Untuk memudahkan
penelitian maka perlu ditetapkan sampel yang merupakan bagian dari jumlah populasi
dengan memperhatikan keabsahan dari sample yang diteliti.
Keabsahan sampel
terletak pada sifat karakteristiknya mendekati populasi/tidak, bukan pada besar
atau banyaknya, seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono : Sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila
populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada populasi,
misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat
menggunakan sample yang diambil dari populasi itu. (Sugiyono, 2006 : 91).
Mengingat seorang peneliti dalam melakukan penelitian penuh dengan keterbatasan
baik dari segi biaya, waktu, dan lain sebagainya maka penelitian yang dilakukan
untuk mengumpulkan informasi atau data yang diinginkan atau data yang
diinginkan sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka dapat ditempuh dengan
mengambil sebagian dari populasi, dengan mempertimbangkan keterbatasan yang ada
dari peneliti. Bagian dari populasi tersebut sebagai tempat untuk mengumpulkan
informasi dinamakan contoh (sampel).
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih dengan
menggunakan aturan-aturan tertentu, yang digunakan untuk mengumpulkan
informasi/data yang menggambarkan sifat atau ciri yang dimiliki populasi.
a.
Jenis-jenis
Sampel
1.
Probability sampling adalah teknik
pengambilan sample dengan memberikan
peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota
sample, yang terdiri dari :
2. Sample
random sampling adalah pengambilan sample dari populasi yang dilakukan secara
acak tanpa memperhatikan strata dalam populasi tersebut.
3. Proportionate
stratified random sampling adalah pengambilan sample dari populasi yang
dilakukan secara acak dengan memperhatikan strata secara proporsi dalam populasi
tersebut.
4. Disproporsi
stratified random sampling adalah pengambilan sample dari populasi yang
dilakukan secara acak apabila dalam populasi berstrata tersebut kurang
proporsional.
5. Cluster
sampling adalah teknik pengambilan sample dari populasi yang dilakukan secara
acak apabila dalam populasi tersebut terdiri dari populasi yang sangat luas.
6. Nonprobability
sampling adalah teknik pengambilan sample yang tidak memberi peluang yang sama
bagi setiap unsur dari populasi untuk dipilih menjadi sample, yang terdiri dari
:
Ø Sampling
sistematis adalah teknik pengambilan sample berdasarkan urutan dari anggota
popuasi yang telah diberi nimor urut.
Ø Sampling
kuota adalah teknik pengambilan sample dari populasi yang mempunyai ciri-ciri
tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.
Ø Sampling
incidental adalah tekhnik penentuan sample berdasarkan kebetulan yaitu siapa
saja yang secara incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai
sample, apabila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data
Ø Sampling
purporsive adalah tekhnik penentuan sample dengan pertimbangan tertentu
Ø Sample
jenuh adalah tekhnik penentuan sample apabila semua anggota populasi digunakan
sebagai sample.
Ø Snowball
sampling adalah tekhnik penentuan sample yang mula-mula jumlahnya kecil
kemudian membesar
Atas
dasar pengertian di atas, tehnik pengambilan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling ,
yaitu teknik ini
digunakan berdasarkan pertimbangan tertetntu dari
peneliti (subyektif). Misalnya peneliti ingin mengetahui bahwa siswa
yang cara belajarnya teratur mempunyai prestasi tinggi. Maka peneliti hanya
mengambil sampel siswa yang belajarnya teratur dan prestasinya tinggi.
C. Variabel
Penelitian dan Definisi Operasional
a.
Variabel
Penelitian
Variabel merupakan
suatu istilah yang berasal dari kata vary dan able yang berarti “berubah” dan
“dapat”. Jadi kata variabel berarti dapat berubah. Oleh sebab itu setiap
variabel dapat diberi nilai, dan nilai berubah-ubah. Nilai itu berupa nilai
kuantitatif maupun kualitatif. Ukuran kuantitatif maupun kualitatif suatu
variabel adalah jumlah dan derajat atributnya.
Dengan demikian
variabel yang ada dalam penelitian ini akan didefenisikan secara operasional
dan yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel
Bebas ( Metode Jigsaw dan Pemberian
Tugas)
b. Variabel
Terikat ( Aktivitas dan Prestasi Belajar )
Maka dalam penelitian ini terdapat 2 variabel dengan
subnya sebagai berikut :
1. Metode
Jigsaw
2. Pemberian
Tugas
3. Aktivitas
4. Prestasi
Belajar
b.
Definisi
Operasional
Berdasarkan
Variabel dan Sub Variabel di atas, maka definisi operasional tersebut adalah :
1.
Model
Pembelajaran Jigsaw
Model pembelajaran tipe Jigsaw adalah merupakan model
pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri
dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang
positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang
harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang
lain.
2. Pemberian
Tugas
Pemberian tugas yaitu
suatu cara interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya tugas dari
guru untuk dikerjakan peserta didik di sekolah, diluar jam pelajaran maupun di
rumah, sehingga dapat dikerjakan bersama temannya, sehingga
pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat terintegrasi.
3. Aktivitas Belajar
aktivitas belajar adalah merupakan kegiatan atau perilaku
siswa yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan – kegiatan yang
dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya,
mengajukan pendapat, mengerjakan tugas – tugas, dapat menjawab pertanyaan guru
dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas
yang diberikan. Aktifnya siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah
satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa
dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri – ciri perilaku seperti :
sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar,
dan lain sebagainya. Semua ciri perilaku tersebut pada dasarnya dapat ditinjau
dari dua segi yaitu segi proses dan dari segi hasil. Keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan
siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana
kelas menjadi segar dan kondusif,
di mana masing – masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin.
4.
Prestasi
Belajar
Prestasi belajar adalah
hasil belajar berupa pengetahuan, kecakapan, dan kemampuan intelektual setra
perubahan tingkah laku yang dicapai siswa yang mengalami proses belajar dalam
waktu tertentu.
D.
Metode Pengumpulan Data dan
Instrument Penelitian
1.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan
data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai
tujuan penelitian. Tujuan yang diungkapkan dalam bentuk hipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap petanyaan penelitian. Jawaban itu masih perlu diuji
secara empiris, dan untuk maksud inilah dibutuhkan pengumpulan data. Data yang
dikumpulkan ditentukan oleh variabel-variabel yang ada dalam hipotesis. Data
itu dikumpulkan oleh sampel yang telah ditentukan sebelumnya. Sampel tersebut
terdiri atas sekumpulan unit analisis sebagai sasaran penelitian.
Yang diteliti terdapat pada unit analisis yang bersangkutan
dalam sampel penelitian. Data yang dikumpulkan dari setiap variabel ditentukan
oleh definisi operasional variabel yang bersangkutan. Definisi operasional itu
menunjuk pada dua hal yang penting dalam hubungannya dengan pengumpulan data,
yaitu indikator empiris dan pengukuran. Metode penelitian data (Sugiyono, 2002)
yang umum di gunakan dalam suatu penelitian adalah: observasi, wawancara,
pencatatan dokumen, tes dan kuisioner.
a.
Menurut Nawawi & Martini (1991) observasi adalah
pengamatan dan pencatatan secara sistimatik terhadap unsur-unsur yang tampak
dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian.
b.
Wawancara Menurut Prabowo (1996) wawancara adalah
metode pengmbilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang
responden, caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka. Pada
penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara.
c.
Pencatatan Dokumen yang berarti barang tertulis. Dalam
melaksanakan metode pencatatan dokumen, peneliti menyelidiki benda-benda
tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen
rapat, catatan harian, daftar nilai siswa dan sebagainya.
d.
Tes adalah alat untuk memperoleh data tentang perilaku
individu (Allen dan Yen, 1979: 1). Karena itu, di dalam tes terdapat sekumpulan
pertanyaan yang harus dijawab atau tugas yang harus dikerjakan, yang akan
memberikan informasi mengenai aspek psikologis tertentu ( sampel perilaku )
berdasarkan jawaban yang diberikan individu yang dikenaites tersebut (anastari,
1982:22 ). Pada buku psychological Testing, Anastari, ( 1982:22 ) menyatakan
tes merupakan pengukuran yang obyektif dan standard. Cronbach menanbahkan bahwa
tes adalah prosedur yang sitematis guna mengopservasi dan member deskripsi
sejumlah atau lebih ciri seseorang dengan bantuan skala numerik atau suatu
sistem kategoris. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa tes adalah prosedur
yang sistematis. Ini berarti butir tes disusun berdasarkan cara dan aturan
tertentu, pemberian skor harus jelas dan dilakukukan secara terperinci, serta
individu yang menempuh tes tersebut harus mendapat butir tes yang sama dan
dalam kondisi yang sebanding. Selain itu tes berisi sampel perilaku, yang
berarti kelayakan tes tergantung pada sejauh mana butir tes siswa adalah tes
pelajaran matematika yang pada umumnya disusun oeh guru sendiri.
e.
Kuesioner atau angket adalah daftar pertanyaan yang
disusun untuk menyelidiki suatu gejala. Kuisioner merupakan suatu instrumen
penelitian yang terdiri dari serangkaian pertanyaan dan meminta untuk tujuan
mengumpulkan informasi dari responden. Meskipun mereka kuisioner dirancang
untuk analisis statistik dari semua jawaban, ini tidak selalu terjadi.
Kuesioner ditemukan oleh Sir Francis Galton.
Model atau pola yang
digunakan adalah Likert, ciri-cirinya adalah 5 pernyataan yang disediakan
dengan 5 option yaitu : SS, S, KS, TS, STS. Pada experiment kuisioner digunakan
untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran yang digunakan guru
yang mana dapat membuat siswa senang atau tidak.
Metode pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Observasi, Wawancara, Pencatatan Dokumen, Tes dan Kuisioner.
2. Instrumen
Penelitian
Pengertian Menurut Suharsimi Arikunto (2000:134), instrumen
pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti
dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
dipermudah olehnya. Ibnu Hadjar (1996:160) berpendapat bahwa instrumen
merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif
tentang variasi karakteristik variabel secara.
1.
Observasi
Dalam penelitian ini
observasi dibutuhkan dapat memahami proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara
dapat dipahami dalam konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi
terhadap subyek, perilaku selama wawancara, interaksi subyek dengan peneliti
dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data tambahan
terhadap hasil wawancara.
Agus Susilawan
(2007:42) dijelaskan bahwa observasi adalah cara untuk memperoleh data dengan
jalan pengamatan langsung secara sistematis tentang suatu objek tertentu yang
dicatat dalam catatan observasi.
Menurut Patton (dalam
Poerwandari 1998) tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang
dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat
dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka yang
terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut
Proses observasi
diselenggarakan setiap pertemuan atau setiap pelajaran berlangsung dari awal
sampai akhir pada setiap kali tatap muka dengan materi yang diajarkan. Fokus
pengamatan aktivitas mengemukakan pendapat secara individu dan kelompok
meliputi : 1) perhatian siswa terhadap materi yang dijelaskan guru, 2)
keterampilan siswa dalam berdiskusi, 3) partisipasi keterlibatan siswa dalam
kelompok, 4) aktivitas siswa dalam memecahkan masalah, 5) aktivitas bertanya
dan menjawab, 6) aktivitas siswa dalam mempresentasikan hasil kerja kelompok.
Aspek-aspek
yang diobservasi
No
|
Aspek
Aktivitas
|
F
|
%
|
1.
|
perhatian
siswa terhadap materi yang dijelaskan guru
|
||
2.
|
keterampilan
siswa dalam berdiskusi
|
||
3.
|
partisipasi
keterlibatan siswa dalam kelompok
|
||
4.
|
aktivitas
siswa dalam memecahkan masalah,
|
||
5.
|
aktivitas
bertanya dan menjawab
|
||
6.
|
aktivitas
siswa dalam mempresentasikan hasil kerja kelompok
|
||
Jumlah
|
b. Wawancara
Wawancara
informasi merupakan salah satu metode pengumpulan data untuk memperoleh data dan
informasi dari siswa secara lisan. Proses wawancara dilakukan dengan cara tatap
muka secara langsung dengan siswa. Selama proses wawancara petugas bimbingan
mengajukan pertanyaan, meminta penjelasan dan jawaban dari pertanyaan yang
diberikan dan membuat catatan mengenai hal-hal yang diungkapkan kepadanya.
Secara garis besar ada dua macam pedoman wawancara, yaitu:
1. Pedoman
wawasan tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis
besar yang akan ditanyakan. Tentu saja kreativitas pewawancara sangat
diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis pedoman ini lebih banyak
tergantung dari pewawancara. Pewawancaralah sebagai pengemudi jawaban
responden. Jenis interviu ini cocok untuk penilaian khusus.
2. Pedoman
wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci
sehingga menyerupai check-list. Pewawancara tinggal membubuhkan tanda (check)
pada nomor yang sesuai.
Pedoman wawancara yang
banyak digunakan adalah bentuk “semi structured”. Dalam hal ini maka mula-mula
interviewer menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian
satu per satu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian
jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua variabel, dengan keterangan yang
lengkap dan mendalam.
Pertanyaan :
1.
Apakah kalian senang Bapak mengajar
dengan metode ini ?
2.
Apakah kalian mengerti Bapak menggunakan
metode ini ?
3.
Apakah kalian lebih gampang belajar
dengan metode yang Bapak terapkan ini ?
4.
Apakah kalian dapat memahami pelajaran
yang sudah Bapak ajarkan selama ini ?
c. Pencatatan Dokumen
Pencatatan dokumen
merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis
dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,gambar maupun elektronik. Dokumen yang
telah diperoleh kemudian dianalisis (diurai), dibandingkan dan dipadukan
(sintesis) membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh. Jadi
pencatatan dokumen tidak sekedar mengumpulkan dan menuliskan atau melaporkan
dalam bentuk kutipan-kutipan tentang sejumlah dokumuen yang dilaporkan dalam
penelitian adalah hasil analisis terhadap dokumen-dokumen tersebut.
Metode pencatatan dokumen, yaitu mencari
data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.
Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini agak tidak begitu sulit, dalam
arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah. Dengan
metode pencatatan dokumen yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati.
Dalam menggunakan metode pencatatan dokumen ini peneliti memegang check-list
untuk mencari variabel yang sudah ditentukan. Apabila terdapat/muncul variabel
yang dicari, maka peneliti tinggal membubuhkan tanda check atau tally di tempat
yang sesuai. Untuk mencatat hal-hal yang bersifat bebas atau belum ditentukan
dalam daftar variabel peneliti dapat menggunakan kalimat bebas.
d. Tes
Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk
mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan
yang sudah ditentukan. Tes hasil belajar adalah sekelompok pertanyaan atau
tugas-tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan untuk
mengukur kemajuan belajar siswa. Berikut ini adalah jenis-jenis tes yang ada,
antara lain;
1. Dari
segi bentuk pelaksanaannya sebagai berikut : a) Tes Tertulis ( paper and pencil
test). Tes tertulis dalam pelaksanaannya lebih
menekankan pada penggunaan kertas dan pencil sebagai instrumen utamanya,
sehingga tes mengerjakan soal atau jawaban ujian pada kertas ujian secara
tertulis, baik dengan tulisan tangan maupun menggunakan komputer.
b) Tes Lisan ( oral test). Tes lisan dilakukan dengan pembicaraan
atau wawancara tatap muka antara guru dan murid. c) Tes Perbuatan (performance test). Tes
perbuatan mengacu pada proses penampilan seseorang dalam melakukan sesuatu unit
kerja. Tes perbuatan mengutamakan pelaksanaan perbuatan peserta didik.
2. Dari
segi bentuk soal dan kemungkinan jawabannya sebagai berikut : a) Tes
Essay (uraian). Tes Essay adalah tes yang disusun dalam bentuk pertanyaan
terstruktur dan siswa menyusun, mengorganisasikan sendiri jawaban tiap
pertanyaan itu dengan bahasa sendiri. Tes essay ini sangat bermanfaat untuk
mengembangkan kemampuan dalam menjelaskan atau mengungkapkan suatu pendapat
dalam bahasa sendiri. b) Tes Objektif.
Tes objektif adalah tes yang disusun sedemikian rupa dan telah disediakan alternatif
jawabannya. Tes ini terdiri dariberbagai macam bentuk, antara lain : Tes
Betul-Salah (TrueFalse), Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice), Tes Menjodohkan
(Matching), Tes Analisa Hubungan (Relationship Analysis)
3. Dari
segi fungsi tes di sekolah sebagai berikut : a) Tes Formatif. Tes Formatif
yaitu tes yang diberikan untuk memonitor kemajuan belajar selama proses
pembelajaran berlangsung. Tes ini diberikankan dalam tiap satuan unit
pembelajaran, b) Tes Summatif. Tes sumatif diberikan dengan maksud untuk
mengetahui penguasaan atau pencapaian peserta didik dalam bidang tertentu. Tes
sumatif dilaksanakan pada tengah atau akhir semester. c)Tes Penempatan. Tes
penempatan adalah tes yang diberikan dalam rangka menentukan jurusan yang akan
dimasuki peserta didik atau kelompok mana
yang paling baik
ditempati atau dimasuki peserta didik dalam belajar. d) Tes Diagnostik. Tes diagnostik adalah tes
yang digunakan untuk mendiagosis penyebab kesulitan yang dihadapi seseorang
baik dari segi intelektual, emosi, fisik dan lain-lain yang mengganggu kegiatan
belajarnya.
Tes yang digunakan pada post-test dalam
penelitian ini adalah jenis test obyektif pilihan ganda sebanyak 20 items
dengan 4 option (a,b,c, dan d), cara memberi skor adalah untuk jawaban benar
skornya 1 dan untuk jawaban yang salah diberikan skor 0. (tes terlampir)
e. Kuisioner
Kuesioner
atau angket adalah daftar pertanyaan yang disusun untuk menyelidiki suatu
gejala. Kuisioner merupakan suatu instrumen penelitian yang terdiri dari
serangkaian pertanyaan dan meminta untuk tujuan mengumpulkan informasi dari
responden. Meskipun mereka kuisioner dirancang untuk analisis statistik dari
semua jawaban, ini tidak selalu terjadi. Kuesioner ditemukan oleh Sir Francis
Galton.
Model atau pola yang digunakan adalah
Likert, ciri-cirinya adalah 5 pernyataan yang disediakan dengan 5 option yaitu
: SS, S, KS, TS, STS. Pada experiment kuisioner digunakan untuk mengetahui
tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran yang digunakan guru yang mana
dapat membuat siswa senang atau tidak.
Cara menilai untuk
pernyataan positif yang Sangat Setuju (5), Setuju (4), Kurang Setuju (3), Tidak
Setuju (2), Sangat Tidak Setuju (1). Sedangkan untuk menilai pernyataan
negative yang Sangat Setuju (1), Setuju (2), Kurang Setuju (3), Tidak Setuju
(4), Sangat Tidak Setuju (5). Salah satu contoh yang diambil pada pernyataan
positif adalah Saya
mudah memahami materi pelajaran yang diajarkan dengan menggunakan metode diskusi kelompok yang dilengkapi dengan cara belajar efektif dan
efisien. Hasil
kuisioner dari pernyataan diatas yaitu : Sangat Setuju (5), Setuju (4), Kurang
Setuju (3), Tidak Setuju (2), Sangat Tidak Setuju (1). Sedangkan contoh dari
pernyataan negatif adalah Saya sulit memahami materi pelajaran yang diajarkan
dengan menggunakan metode diskusi kelompok yang dilengkapi dengan cara belajar efektif dan
efisien.
Hasil kuisioner dari pernyataan diatas yaitu : Sangat Setuju (1), Setuju (2),
Kurang Setuju (3), Tidak Setuju (4), Sangat Tidak Setuju (5).
Dalam melaksanakan kuisioner ini
peneliti menggunakan kuisioner pola likert
dengan jumlah 20 item yang mencakup sikap, minat, kosep diri, nilai dan
moral siswa. Kuisioner pola likert yang diberikan kepada siswa dalam bentuk
tabel (tabel terlampir).
E.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini
tergolong penelitian kelas jenis One
Group Pretest–Posttest Design. Penelitian ini hanya menggunakan satu kelas
yaitu kelas V oleh karena itu prosedur penelitian dapat dijelaskan sebagai
berikut.
a. Prosedur Sesudah Treatment (post–test)
Ada beberapa langkah yang ditempuh dalam
prosedur ini yaitu:
1. Perencanaan
Dalam
perencanaan sering juga disebut dengan skenario pembelajaran dimana perencanaan
eksperimen ini tidak menggunakan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil pengamatan
dan observasi yang telah dilakukan dan dijelaskan pada latar belakang, maka
peneliti bersama guru agama hindu kelas V SD Negeri 3 Gunungsari mendiskusikan
eksperimen yang akan dilaksanakan untuk dapat meningkatkan aktivitas dan
prestasi belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran agama hindu. Dalam
eksperimen ini, telah disepakati untuk menerapkan pembelajaran metode diskusi
kelompok dengan pembelajaran remidial yang merupakan salah satu metode belajar
yang dianggap efektif dalam meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa,
karena penggunaan metode ini siswa akan dapat merasakan langsung proses
pembelajaran melalui mencari, menemukan sendiri, menganalisis, sampai menarik
kesimpulan tentang materi yang diajarkan. Maka dari itulah peneliti
bersama-sama dengan guru agama kelas V SD Negeri 3 Gunungsari menelaah
kurikulum dan merancang pembelajaran sesuai dengan pemebelajaran metode diskusi
kelompok dengan dengan pembelajaran remidial.
Sebelum
peneliti mengadakan kegiatan penelitian perlu disiapkan terlebih dahulu yang
disebut kegiatan persiapan, diantaranya : 1) merumuskan tujuan yang ingin
dicapai dalam diskusi, 2)
mengidentifikasi masalah yang cukup sulit yang berupa problematik sehingga
memerlukan diskusi untuk memecahkannya, 3) memilih jenis diskusi yang cocok
tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Langkah-langkah yang
dilaksanakan mengacu pada hal-hal sebagai berikut :1) Standar kompetensi yang
digunakan, 2) Kompetensi yang diharapkan, 3) Indikator keberhasilan, 4)
Analisis materi pembelajaran, 5) Landasan kegiatan belajar mangajar, 6) Media,
metode dan sumber bahan.
a. Kegiatan Pendahuluan
a.
Guru
masuk kelas dengan tenang
b.
Guru
mengucapkan salam panganjali
c.
Guru
mengecek kehadiran siswa
d.
Guru
melakukan apersepsi dengan menanyakan materi pelajaran yang pernah diajarkan
e. Menyampaikan
SK, KD dan Tujuan Pembelajaran
b.
Kegiatan Inti
1. Kegiatan Guru
a.
Guru
mengemukakan permasalahan yang ada di masyarakat yang ada kaitannya dengan masalah yang akan
didiskusikan
b.
Guru
mengemukakan tujuan diskusi
c.
Guru
mengarahkan siswa pada kegiatan inti
d.
Guru
membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk memudahkan melaksanakan diskusi
e.
Guru
mengemukakan materi pelajaran yang akan didiskusikan
f.
Guru berusaha memusatkan perhatian peserta
diskusi dengan cara mengingatkan arah diskusi yang sebenarnya kepada siswa
g.
Guru
membimbing siswanya untuk melakukan diskusi
h.
Guru
memeberikan masing-masing kelompok untuk menyajikan hasil diskusi
2. Kegiatan atau Aktivitas Siswa
a.
Memperhatikan, memahami dengan baik
tentang tujuan dan materi yang disampaikan dalam pembelajaran oleh guru pengajar.
b.
Berpatisipasi
aktif bersama guru dalam pemecahan masalah
pembelajaran.
c.
Siswa
diberikan kesempatan untuk bertanya kepada kelompok lain atau mendiskusikan,
menanyakan hal-hal yang belum jelas dan atau belum dimengerti kepada guru
pengajar.
d.
Guru
memperjelas uraian pendapat siswa
e.
Guru
menganalisis pandangan siswa karena terjadi perbedaan pendapat antar anggota
diskusi
f.
Guru menyuruh siswa menyimpulkan hasil
diskusi
g.
Guru
membimbing siswa dalam menyimpulkan hasil diskusi
h.
Mengikuti saran, petunjuk dan bimbingan
guru pengajarnya
c.
Kegiatan Penutup
a. memberikan kesempatan siswa untuk menanyakan
hal-hal yang belum dimengerti
b. Guru memberikan evaluasi kepada
siswa
c. Menyimpulkan materi yang telah
dibahas bersama-sama dengan siswa
d. Menyarankan kepada siswa untuk
belajar dirumah
e. Menutup pertemuan dengan parama
santih
d.
Metode dan Sumber Belajar
a. Metode Pembelajaran : Metode Diskusi Kelompok
dan
pembelajaran remidial.
b. Sumber Belajar : Buku Pelajaran Agama Hindu kelas V
Sekolah Dasar.
2.
Pelaksanaan
Dalam
tahap pelaksananan tidak diadakannya kelompok kontrol. Tahap ini merupakan
tahap pelaksanaan rancangan yang telah disusun oleh peneliti. Dalam kegiatan
ini, peneliti melaksanakan skenario yang telah dirancang sebelumnya. Dalam
pelaksanaan penelitian dilaksanakan sesuai jadwal pelajaran yaitu satu kali
tatap muka selama 1 x 45 menit. Proses ini dilaksanakan sesuai dengan yang
dirancang dan tergantung dari target yang diinginkan.
3. Observasi
Observasi
merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat lazim dalam metode
penelitian kualitatif. Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan
menggunakan pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk
memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Menurut
Nawawi & Martini (1991)
observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistimatik terhadap
unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek
penelitian.
Proses
observasi dilaksanakan pada setiap pembelajaran sedang berlangsung dari awal
sampai akhir pelajaran, yakni pada hari jumat pada jam 1 dan 2.
Penelitian ini dilaksanakan pada kelas V SD N 3 Gunungsari, dengan jumlah siswa
20 orang, terdiri dari 4 orang laki-laki dan
16 orang perempuan.
Aspek yang diobservasi pada setiap aktivitas belajar individual meliputi : 1)
perhatian siswa terhadap materi yang dijelaskan guru, 2) keterampilan siswa
dalam berdiskusi, 3) partisipasi keterlibatan siswa dalam kelompok, 4)
aktivitas siswa dalam memecahkan masalah, 5) aktivitas bertanya dan menjawab,
6) aktivitas siswa dalam mempresentasikan hasil kerja kelompok.
4. Evaluasi
Evaluasi
merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria
dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Dari evaluasi
kemudian akan tersedia informasi mengenai sejauh mana suatu kegiatan tertentu
telah dicapai sehingga bisa diketahui bila terdapat selisih antara standar yang
telah ditetapkan dengan hasil yang bisa dicapai.
Evaluasi terhadap proses
pembelajaran didasarkan atas analisis data yang diperoleh dari teknik
observasi. Evaluasi terhadap aktivitas siswa kelas V SDN 3 Gunungsari dalam
proses pembelajaran secara klasikal diharapkan sebesar 70%. Sedangkan evaluasi
terhadap prestasi belajar didasarkan atas hasil analisis data yang diperoleh
melalui alat ukur yaitu tes. Tes diadakan setelah proses pembelajaran berakhir.
Adapun evaluasi yang digunakan adalah post tes yang berjmlah 25 soal pilihan
ganda dengan 4 option (a, b, c, d) dan bobot sebesar 1. Sistem pemberian
skornya yaitu item yang dijawab benar akan mendapat skor 1. Jadi skor maksimal
ideal yang diperoleh siswa jika semua item dijawab benar adalah 25. Sedangkan
jika ada beberapa item yang dijawab salah maka skor mentah yang akan diperoleh
siswa sebesar jumlah item yang dijawab benar.
b.
Prosedur sebelum treatment (pre-test)
Dalam prosedur ini peneliti tidak
melakukan perlakuan ( treatment )
hanya saja memberikan pretest. Pre-test
dilaksanakan sebelum treatment dengan mohon ijin kepada bapak kepala sekolah,
setelah diberikan ijin peneliti masuk ke kelas memberikan tes kepada siswa
sebanyak 20 orang.
Adapun langkah/petunjuk yang perlu diperhatikan oleh
peneliti dalam pelaksanaan tes ini adalah: 1) Mempersiapkan alat dan bahan
siswa seperti soal test, 2) Mempersiapkan tempat dilakukan tes, 3) Mengatur
tempat duduk siswa, 4) Melakukan pengawasan terhadap
siswa.
Sedangkan hal/petunjuk
yang perlu diperhatikan oleh siswa dalam pelaksanaan test ini adalah: 1) Siswa
mengisi identitas diri terlebih dahulu pada lembar jawaban yang telah
disedikan, 2) Periksa dan bacalah soal-soal sebelum
dijawab, 3) Dahulukan menjawab soal yang dianggap mudah, 4) Pilihlah
salah satu jawaban yang paling tepat dengan memberikan tanda silang (x) pada
lembar jawaban yang sudah tersedia, 5) Periksa
kembali pekerjaan anda sebelum diserahkan kepada pengawas, 6) Perhatikan alokasi waktu yang telah ditentukan.
F. Metode
Analisis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa prestasi
belajar agama hindu dan data kualitatif berupa aktivitas dan tanggapan siswa
terhadap pemebelajaran yang dilaksanakan oleh guru atau peneliti. Sehubungan
dengan data tersebut maka analisis data dalam penelitian ini adalah 1) analisis
deskriptif, 2) analisis imperensial, analisis deskriptif dimaksudkan untuk
mendeskripsikan data dengan memberi pemaknaan terhadap data yang diperoleh
sedangkan analisis inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian
mengingat analisis ini menggunakan analisis statistik paramederik terutama
untuk menguji hipotesis eksperimen maka diperlukan prasyarat analisis yaitu a)
data harus berdistribusi normal, b) data X1 dan X2 harus homogen. Sehubungan
dengan hal tersebut berikut ini diuraikan analisis data sebagai berikut.
1. Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas Data
Uji
normalitas data dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa data sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas dalam penelitian ini
menggunakan SPSS 17.0 dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
Entry data pada file SPSS 17.0,
pilih menu analyze, descriptive statistics, explore, selanjutnya masukkan
data X1 dan X2 secara bergantian sebagai
dependent list. Klik tombol plots, pilih normality test with plots, kemudian
continue lalu ok.
Jika
signifikansi yang diperoleh sig > α
(0,05) atau (0,01) maka sampel berdistribusi normal. Demikian sebaliknya, jika
signifikansi diperoleh sig < α (0,05) atau (0,01) maka sampel berdistribusi
tidak normal. Disamping menggunakan α (0,05) atau (0,01) dapat juga digunakan sebaran skor pada normal
Q-Q plots. Jika skor-skor tersebar mengikuti arah garis normal Q-Q plots maka
data dinyatakan berdistribusi normal.
b. Uji
Homogenitas
Untuk mengetahui
homogenitas data varian X1 dan X2 digunakan uji homogenitas dengan rumus
sebagai berikut.
(
Sugiono, 2003 : 231 )
Koefesien varian (fo)
selanjutnya dibandingkan dengan (ft) dengan DK pembilang n1 – 1 dan Dk penyebut
n2 – 1. Jika (Fo) < (ft) maka data tersebut homogen. Dan sebaliknya (Fo)
> (ft) maka data tersebut tidak homogen.
2. Uji
Hipotesis
Untuk uji hipotesis
digunakan rumus t-test, rumus sebagai berikut :
atau
(Sugiono,
2003 : 229)
Keterangan :
= Rerata skor kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol
=
Varian skor kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
=
Sampel kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
=
koefesien / perbedaan
DAFTAR PUSTAKA
Agung, A. A. Gede. 1997. Pengantar Evaluasi Pengajaran. Singaraja: STKIP
-------. 2011. Metodologi
Penelitian Pendidikan. Singaraja: STKIP.
Arikunto.
2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bima Aksara
Asri
Purnami. 2005. Penerapan Pendekatan
Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep
Bilangan Pecah Siswa Kelas III SD No. 2 Paket Agung. Singaraja: IKIP Negeri
Singaraja.
Azhar,
Lalu Muhamad. 1991. Proses Belajar
Mengajar Pola CBSA. Surabaya.
Candiasa,
I. M. 2004. Statistika Multivarial
Dilengkapi Aplikasi dengan SPSS. Singaraja: Unit Penerbitan IKIP Negeri
Singaraja.
Dahar,
Ratna Willis. 1989. Teori-teori Belajar.
Jakarta: PPLPTK.
Depdikbud. 1994. Perangkat Kegiatan Belajar Mengajar.
Jakarta: Depdikbud.
Depdikbud. 1995. Petunjuk Pedoman Penilaian. Jakarta:
Depdikbud.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-undang Replublik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 Tentang sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.
Dimiyati
dan Moedjiono. 2009. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Djamarah,
dkk. 2002. Metode Digunakan Sebagai
Kondisi dan Suasana Kelas. Jakarta: Rineka Cipta.
Djmarah,
dkk. 2002. Metode Sebagai Alat Motivasi
Ekstrinsik, Strategi Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djmarah,
dkk. 2002. Faktor-faktor Pemilihan Metode
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Dwi
Endra Suanthara. 2006. Metodologi
Penelitian. Makalah Disampaikan dalam Pelatihan Metodologi Penelitian untuk
Penelitian Tindakan Kelas. Singaraja: STKIP Ahama Hindu Singaraja.
Hamalik,
Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Ibrahim dan Nana Syahodih, 1992/ 1993. Perencanaan
Pengajaran Depdikbud.
Indra.
2009. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar”. Tersedia pada http://
indramunawar.blogspot.com/2009/06/faktor-faktor-yang-mempenga ruhi-hasil.html
Jusuf
Djaja Disastra. 1985. Metode-metode
Mengajar. Bandung: Angkasa.
Karni,
Soeharto. 1995.Teknologi Pembelajaran. Surabaya: Intelek Club.
Komalasari,
Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual:
Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama
Murtini,
Nengah. 2009. Penerapan Metode Diskusi
dengan Pendekatan Konstruktivisme untuk Meningkatkan aktivitas dan Prestasi
Belajar Pendidikan Agama Hindu pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Nomor 3
Banjarasem. Skripsi. Singaraja: STKIP AH Singaraja.
Nasution. 2000. Berbagai
Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Nurhadi
dan Senduk, A.G. 2003. Pembelajaran
Kontekstual dan Penerapannya dalam
KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.
Nur,
Mohamad. 2005. Pembelajaran Kontekstual Jawa
Timur: Dedpdiknas
Nurkancana,
I Wayan dan Sumartana. Evaluasi Hasil
Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Nurkancana,
et Al. 1983. Pretasi Belajar Adalah Hasil
yang Dicapai Individu. Surabaya: Usaha Nasional.
Sugiyono. 2010. Metode
Penelitian Administrasi (Dilengkapi dengan Metode R&D). Bandung:
Alfabeta
Sugiyono.
2008. Metode Penelitian Pendidikan
(Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D). Bandung: Alfabeta.
Sukardi.
2004. Metodologi Penelitian Pendidikan
(kompetensi dan Praktiknya). Jakarta: Bumi Aksara
Sulastri,
Ketut. 2007. Pengaruh Model Pembelajaran Pendekatan Starter Eksperimen (PSE)
dan Pemeblajaran langsung (PL) terhadap Hasil Belajar.
Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Suyatno.
2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya:
Masmedia Buana Pustaka.
Trianto.
2007. Mode-model Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher
Winataputra,
Udin S, dkk. 2000. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Universitas terbuka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar