I Putu Odie Biroe Odie Biroe: Purana

Halaman

Sabtu, 10 Agustus 2013

Purana



                                                                            BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Purana adalah











1.2              Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang hendak dibahas dalam makalah ini adalah:
1.      Bagaimanakah asal-usul Deva visnu menurut satvika purana?
2.      Pengertian avatara,dan avatara visnu menurut satvika purana!
3.      Makna dan filsafat yang terkandung dalam avatara menurut satvika purana!

1.3              Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui asal- usul Deva visnu menurut satvika purana.
2.      Untuk mengetahui pengertian avatara ,dan avatara visnu menurut satvika purana.
3.      Untuk mengetahui makna dan filsafat yang terkandung dalam 10 avatara menurut satvika purana.







                                                                  BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Asal usul Deva visnu menurut satvika purana
Dewa wisnu adalah salah satu dari trimurti yang bertugas sebagai dewa pemelihara dan pelindung alam semesta,,
Dan untuk tetap menjaga dan memelihara alam semesta, maka Dewa Wisnu sering berenkarnasi atau turun kedunia. dalam wujud yang berbeda-beda, tentunya dengan fungsi yang berbeda juga.
Menurut kitab suci agama Hindu Dewa Wisnu telah turun ke bumi sebanyak 9 kali dan akan turun untuk terakhir kali namun waktunya tidak diketahui.

 Antaryami atau “Sukma Vasudeva” adalah wujud Dewa Wisnu yang berada pada  ajaran agama Hindu, Wisnu (disebut juga Sri Wisnu atau Narayana) adalah Dewa yang bergelar sebagai shtiti (pemelihara) yang bertugas memelihara dan melindungi segala ciptaan Brahman (Tuhan Yang Maha Esa). Dalam filsafat Hindu Waisnawa, Ia dipandang sebagai roh suci sekaligus dewa yang tertinggi. Dalam filsafat Adwaita Wedanta,visnu dengan istadevatanya yang di sebut satvika purana dan tradisi Hindu umumnya, Dewa Wisnu dipandang sebagai salah satu manifestasi Brahman dan enggan untuk dipuja sebagai Tuhan tersendiri yang menyaingi atau sederajat dengan Brahman.

Etimologi
Penjelasan tradisional menyatakan bahwa kata Visnu berasal dari Bahasa Sanskerta, akar katanya vis, (yang berarti “menempati”, “memasuki”, juga berarti “mengisi” — menurut Regweda), dan mendapat akhiran nu. Kata Wisnu kira-kira diartikan: “Sesuatu yang menempati segalanya”. Pengamat Weda, Yaska, dalam kitab Nirukta, mendefinisikan Wisnu sebagai vishnu vishateh (“sesuatu yang memasuki segalanya”), dan yad vishito bhavati tad vishnurbhavati (yang mana sesuatu yang tidak terikat dari belenggu itu adalah Wisnu).
Adi Shankara dalam pendapatnya tentang Wisnu Sahasranama, mengambil kesimpulan dari akar kata tersebut, dan mengartikannya: “yang hadir dimana pun” (“sebagaimana Ia menempati segalanya, vevesti, maka Ia disebut Visnu”). Adi Shankara menyatakan: “kekuatan dari Yang Mahakuasa telah memasuki seluruh alam semesta.” Akar kata Vis berarti ‘masuk ke dalam.’
 Mengenai akhiran –nu, Manfred Mayrhofer berpendapat bahwa bunyinya mirip dengan kata ji??u’ (“kejayaan”). Mayrhofer juga berpendapat kata tersebut merujuk pada sebuah kata Indo-Iranian *višnu, dan kini telah digantikan dengan kata rašnu dalam kepercayaan Zoroaster di Iran.
 Akar kata vis juga dihubungkan dengan visva (“segala”). Pendapat berbeda-beda mengenai penggalan suku kata “Wisnu” misalnya: vi-??u (“mematahkan punggung”), vi-?-?u (“memandang ke segala penjuru”) dan vi?-?u (“aktif”). Penggalan suku kata dan arti yang berbeda-beda terjadi karena kata Wisnu dianggap tidak memiliki suku kata yang konsisten.

Wisnu dalam susastra Hindu
Susastra Hindu banyak menyebut-nyebut nama Wisnu di antara dewa-dewi lainnya. Dalam kitab Weda, Dewa Wisnu muncul sebanyak 93 kali. Ia sering muncul bersama dengan Indra, yang membantunya membunuh Wretra, dan bersamanya ia meminum Soma. Hubungannya yang dekat dengan Indra membuatnya disebut sebagai saudara. Dalam Weda, Wisnu muncul tidak sebagai salah satu dari delapan Aditya, namun sebagai pemimpin mereka. Karena mampu melangkah di tiga alam, maka Wisnu dikenal sebagai Tri-wikrama atau Uru-krama untuk langkahnya yang lebar. Langkah pertamanya di bumi, langkah keduanya di langit, dan langkah ketiganya di dunia yang tidak bisa dilihat oleh manusia, yaitu di surga.
Dalam kitab Purana, Wisnu sering muncul dan menjelma sebagai seorang Awatara, seperti misalnya Rama dan Kresna, yang muncul dalam Itihasa (wiracarita Hindu). Dalam penitisannya tersebut, Wisnu berperan sebagai manusia unggul.

Dalam kitab Bhagawadgita, Wisnu menjabarkan ajaran agama dengan mengambil sosok sebagai Sri Kresna, kusir kereta Arjuna, menjelang perang di Kurukshetra berlangsung. Pada saat itu pula Sri Kresna menampakkan wujud rohaninya sebagai Wisnu, kemudian ia menampakkan wujud semestanya kepada Arjuna.
 Wujud Dewa Wisnu
 Dalam Purana, dan selayaknya penggambaran umum, Dewa Wisnu dilukiskan sebagai dewa yang berkulit hitam-kebiruan atau biru gelap; berlengan empat, masing-masing memegang: gada, lotus, sangkala, dan chakra. Yang paling identik dengan Wisnu adalah senjata cakra dan kulitnya yang berwarna biru gelap. Dalam filsafat Waisnawa, Wisnu disebutkan memiliki wujud yang berbeda-beda atau memiliki aspek-aspek tertentu.
 Dalam filsafat Waisnawa, Wisnu memiliki enam sifat ketuhanan:

  • Jñana: mengetahui segala sesuatu yang terjadi di alam semesta
  • Aishvarya: maha kuasa, tak ada yang dapat mengaturnya
  • Shakti: memiliki kekuatan untuk membuat yang tak mungkin menjadi mungkin
  • Bala: maha kuat, mampu menopang segalanya tanpa merasa lelah
  • Virya: kekuatan rohani sebagai roh suci dalam semua makhluk
  • Tèjas: memberi cahaya spiritualnya kepada semua makhluk
  • Beberapa sarjana Waisnawa meyakini bahwa masih banyak kekuatan Wisnu yang lain dan jumlahnya tak terhitung, namun yang paling penting untuk diketahui hanyalah enam.

Penggambaran
Dalam Purana, Wisnu disebutkan bersifat gaib dan berada dimana-mana. Untuk memudahkan penghayatan terhadapnya, maka simbol-simbol dan atribut tertentu dipilih sesuai dengan karakternya, dan diwujudkan dalam bentuk lukisan, pahatan, dan arca. Dewa Wisnu digambarkan sebagai berikut:
  • Seorang pria yang berlengan empat. Berlengan empat melambangkan segala kekuasaanya dan segala kekuatannya untuk mengisi seluruh alam semesta.
  • Kulitnya berwarna biru gelap, atau seperti warna langit. Warna biru melambangkan kekuatan yang tiada batas, seperti warna biru pada langit abadi atau lautan abadi tanpa batas.
  • Di dadanya terdapat simbol kaki Resi Brigu.
  • Juga terdapat simbol srivatsa di dadanya, simbol Dewi Laksmi, pasangannya.
  • Pada lehernya, terdapat permata Kaustubha dan kalung dari rangkaian bunga
  • Memakai mahkota, melambangkan kuasa seorang pemimpin
  • Memakai sepasang giwang, melambangkan dua hal yang selalu bertentangan dalam penciptaan, seperti: kebijakan dan kebodohan, kesedihan dan kebahagiaan, kenikmatan dan kesakitan.
  • Beristirahat dengan ranjang Ananta Sesa, ular suci.
Wisnu sering dilukiskan memegang empat benda yang selalu melekat dengannya, yakni:

  • Terompet kulit kerang atau Shankhya, bernama “Panchajanya”, dipegang oleh tangan kiri atas, simbol kreativitas. Panchajanya melambangkan lima elemen penyusun alam semesta dalam agama Hindu, yakni: air, tanah, api, udara, dan ether.
  • Cakram, senjata berputar dengan gerigi tajam, bernama “Sudarshana”, dipegang oleh tangan kanan atas, melambangkan pikiran. Sudarshana berarti pandangan yang baik.
  • Gada yang bernama Komodaki, dipegang oleh tangan kiri bawah, melambangkan keberadaan individual.
  • Bunga lotus atau Padma, simbol kebebasan. Padma melambangkan kekuatan yang memunculkan alam semesta.
Tiga wujud
Dalam ajaran filsafat Waisnawa (terutama di India), Wisnu disebutkan memiliki tiga aspek atau perwujudan lain. Ketiga wujud tersebut yaitu: Karaodakasayi Vishnu atau Maha Vishnu; Garbhodakasayi Vishnu; dan Kirodakasayi Vishnu. Menurut Bhagawadgita, ketiga aspek tersebut disebut “Purua Avatara”, yaitu penjelmaan Wisnu yang mempengaruhi penciptaan dan peleburan alam material. Karaodakasayi Vishnu (Maha Vishnu) dinyatakan sebagai Wisnu yang berbaring dalam “lautan penyebab” dan Beliau menghembuskan banyak alam semesta (galaksi?) yang jumlahnya tak dapat dihitung; Garbhodakasayi Vishnu dinyatakan sebagai Wisnu yang masuk ke dalam setiap alam semesta dan menciptakan aneka rupa; Kirodakasayi Vishnu (Roh utama) dinyatakan sebagai Wisnu masuk ke dalam setiap makhluk dan ke dalam setiap atom.
Lima wujud
Dalam ajaran di asrama Waisnawa di India, Wisnu diasumsikan memiliki lima wujud, yaitu:
Para. Para merupakan wujud tertinggi dari Dewa Wisnu yang hanya bisa ditemui di Sri Waikunta, juga disebut Moksha, bersama dengan pasangannya — Dewi Lakshmi, Bhuma Dewi dan Nila Di sana Ia dikelilingi oleh roh-roh suci dan jiwa yang bebas.
Vyuha. Dalam wujud Vyuha, Dewa Wisnu terbagi menjadi empat wujud yang mengatur empat fungsi semesta yang berbeda, serta mengontrol segala aktivitas makhluk hidup.
Vibhava. Dalam wujud Vibhava, Wisnu diasumsikan memiliki penjelmaan yang berbeda-beda, atau lebih dikenal dengan sebutan Awatara, yang mana bertugas untuk membasmi kejahatan dan menegakkan keadilan di muka bumi.setiap hati makhluk hidup.
Arcavatara. Arcavatara merupakan manifestasi Wisnu dalam imajinasi, yang digunakan oleh seseorang agar lebih mudah memujanya sebab pikirannya tidak mampu mencapai wujud Para, Vyuha, Vibhava, dan Antaryami dari Wisnu. 
Hubungan dengan Dewa lain
Dewa Wisnu memiliki hubungan dengan Dewi Lakshmi, Dewi kemakmuran yang merupakan istrinya. Selain dengan Indra, Wisnu juga memiliki hubungan dekat dengan Brahma dan Siwa sebagai konsep Trimurti. Kendaraan Dewa Wisnu adalah Garuda, Dewa burung. Dalam penggambaran umum, Dewa Wisnu sering dilukiskan duduk di atas bahu burung Garuda tersebut.
Tradisi dan pemujaan
Dalam tradisi Dvaita Waisnawa, Wisnu merupakan Makhluk yang Maha Kuasa. Dalam filsafat Advaita Vedanta, Wisnu dipandang sebagai salah satu dari manifestasi Brahman. Dalam segala tradisi Sanatana Dharma, Wisnu dipuja secara langsung maupun tidak langsung, yaitu memuja awatara-nya.
Aliran Waisnawa memuja Wisnu secara khusus. Dalam sekte Waisnawa di India, Wisnu dipuja sebagai roh yang utama dan dibedakan dengan Dewa-Dewi lainnya, yang disejajarkan seperti malaikat. Waisnawa menganut monotheisme terhadap Wisnu, atau Wisnu merupakan sesuatu yang tertinggi, tidak setara dengan Dewa.
 Dalam tradisi Hindu umumnya, Dewa Wisnu memanifestasikan dirinya menjadi Awatara, dan di India, masing-masing awatara tersebut dipuja secara khusus.
 Tidak diketahui kapan sebenarnya pemujaan terhadap Wisnu dimulai. Dalam Veda dan informasi tentang agama Hindu lainnya, Wisnu diasosiasikan dengan Indra. Shukavak N. Dasa, seorang sarjana Waisnawa, berkomentar bahwa pemujaan dan lagu pujia-pujian dalam Veda ditujukan bukan untuk Dewa-Dewi tertentu, melainkan untuk Sri Wisnu — Yang Maha Kuasa — yang merupakan jiwa tertinggi dari para Dewa.
 Di Bali, Dewa Wisnu dipuja di sebuah pura khusus untuk beliau, bernama Pura Puseh, yakni pura yang harus ada di setiap desa dan kecamatan. Di sana ia dipuja sebagai salah satu manifestasi Sang Hyang Widhi yang memberi kesuburan dan memelihara alam semesta.
 konsep Nawa Dewata dalam Agama Hindu Dharma di Bali, Dewa Wisnu menempati arah utara dalam mata angin. Warnanya hitam, aksara sucinya “U” (ung).
Versi pewayangan Jawa
Dalam pementasan wayang Jawa, Wisnu sering disebut dengan gelar Sanghyang Batara Wisnu. Menurut versi ini, Wisnu adalah putra kelima Batara Guru dan Batari Uma. Ia merupakan putra yang paling sakti di antara semua putra Batara Guru.
 Menurut mitologi Jawa, Wisnu pertama kali turun ke dunia menjelma menjadi raja bergelar Srimaharaja Suman. Negaranya bernama Medangpura, terletak di wilayah Jawa Tengah sekarang. Ia kemudian berganti nama menjadi Sri Maharaja Matsyapati, merajai semua jenis binatang air.
Selain itu Wisnu juga menitis atau terlahir sebagai manusia. Titisan Wisnu menurut pewayangan antara lain,
  • Srimaharaja Kanwa.
  • Resi Wisnungkara
  • Prabu Arjunasasrabahu
  • Sri Ramawijaya
  • Sri Batara Kresna
  • Prabu Jayabaya
  • Prabu Anglingdarma
2.2  Pengertian Avatara dan avatara visnu menurut  satvika purana.
Awatara atau Avatar dalam agama Hindu adalah inkarnasi dari Tuhan Yang Maha Esa maupun manifestasinya. Tuhan Yang Maha Esa ataupun manifestasinya turun ke dunia, mengambil suatu bentuk dalam dunia material, guna menyelamatkan dunia dari kehancuran dan kejahatan, menegakkan dharma dan menyelamatkan orang-orang yang melaksanakan Dharma/Kebenaran,dan di dalam satvika purana menyatakan dewa visnulah sebagai  avatara untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran
Dalam Bhagawadgita, salah satu kitab suci agama Hindu selain Weda, Kresna sebagai perantara Tuhan Yang Maha Esa bersabda:
Yadā yadā hi dharmasya glānir bhavati bhārata abhyutthānam adharmasya tadātmanam srjāmy aham paritrānāya sādhūnām vināśāya ca duskrtām dharma samsthāpanarthāya sambavāmi yuge yuge
(Bhagavad-gītā, 4.7-8)
Kepala tiap-tiap Awatara pada patung Dewa Wisnu.
Arti
Manakala kebenaran merosot dan kejahatan merajalela,
pada saat itulah Aku akan turun menjelma ke dunia,
wahai keturunan Bharata (Arjuna).
Untuk menyelamatkan orang-orang saleh
dan membinasakan orang jahat
dan menegakkan kembali kebenaran,
Aku sendiri menjelma dari zaman ke zaman.

Dasa Awatara, sepuluh Awatara Wisnu
Agama Hindu mengenal adanya Dasa Awatara yang sangat terkenal di antara Awatara-Awatara lainnya. Dasa Awatara adalah sepuluh Awatara yang diyakini sebagai penjelmaan material Dewa Wisnu dalam misi menyelamatkan dunia. Dari sepuluh Awatara, sembilan diantaranya diyakini sudah pernah menyelamatkan dunia, sedangkan satu di antaranya, Awatara terakhir (Kalki Awatara), masih menunggu waktu yang tepat (konon pada akhir Kali Yuga) untuk turun ke dunia. Kisah-kisah Awatara tersebut terangkum dalam sebuah kitab yang disebut Purana.







Berikut adalah 10 reinkarnasi ( awatara ) dari Dewa Wisnu.
1 ) Matsya Awatara ( sang Ikan )
Matsya awatara adalah awatara Dewa Wisnu yang pertama yang muncul pada jaman Satya Yuga , pada masa pemerintahan Maharaja Manu ,putra vivasvan sang Dewa matahari.yang diyakini sebagai nenek moyang manusia masa kini.
Matsya awatara diyakini turun kebumi depercayai untuk memberitahu sang maharaja akan datangnya bencana Air Bah dan memerintahkan raja untuk membuat sebuah perahu yang besar. namun terdapat kepincangan dalam kisah tersebut karena tidak diketahui sebab terjadinya bencana air bah tersebut. ( berbeda dengan kisah nabi Nuh as air bah disebab kan oleh dosa yang dilakukan oleh umat beliau ).

Dan tujuan munculnya Matsyavatara ini adalah untuk menyelamatkan veda dari tangan Raksasa Somakasura yang mencurinya dari brahma dan menyembunyikannya di laut,Dharma di dasarkan pada veda-veda tersebut , sehingga perlindungan terhadap Veda merupakan tugas avatara



2 ) Kurma Awatara ( sang kura-kura )

Kurma Awatara adalah penjelmaan Dewa Wisnu yang kedua yang muncul pada jaman Satya Yuga setelah bencana banjir besar. Dewa Wisnu pada penjelmaan kedua ini dalam bentuk kura_kura yang duduk didasar lautan susu dan sebuah gunung ditempatkan diatas punggungnya. konon menurut sejarahdibawah gunung tersebut terdapat harta karun dan Tirta amerta yang dapat membuat peminumnya hidup abadi. maka para dewa dan para asura berlomba-lomba untuk dapat meminum air dari tirta amerta tersebut dengan cara mengikat gunung tersebut dengan naga wasuki. maka setelah sekian lama berusaha maka tirta amerta tersebut berhasil didapat namun diambil alih oleh Dewa Wisnu.
Menurut sejarah dahulu kala para Dewa asura dan Raksasa bermusyawarah bagaimana cara untuk mendapatkan tirta amerta tersebut maka Dewa Wisnu memerintahkan untuk mengaduk laut ksira dengan mengunakan gunung  mendara sebagai pengaduk dan Awatara dewa Wisnu sebagai kura-kura sebagai penahan agar gunung tersebut tidak tenggelam dan Dewa Indra duduk di atas gunung agar gunung tidak terangkat. maka diputarlah gunung tersebut sehingga laut ksira tersebut bergejolak. pada saat laut di aduk maka keluarlah racun halahala yang dapat membunuh semua makhluk hidup. maka Dewa Siwa meminum racun tersebut sehingga lehernya membiru. setelah dengan usaha yang cukup keras akhirnya tirta Amerta tersebut berhasil didapat dan dibagi-bagi kepara Dewa.tentu saja raksasa kehilangan bagian mereka karena jika para raksasa hidup abadi betapa kehancuran akan terjadi yang tak dapat di ungkapkan .

Tujuan kurma avatara ini adalah untuk melindungi yang baik dan menghancurkan kejahatan serta member keabadian kepada para dewa(devata) .


3 ) Varaha Awatara ( Sang babi hutan )

Awatara Dewa Wisnu yang ketiga ini turun pada jaman Satya Yuga dan berbentuk babi hutan. Awatara ini muncul dikarena kan seorang raksasa yang bernama Hiranyaksha berniat menenggelamkan Planet bumi kedalam Lautan Kosmik. melihat bumi yang belum waktunya kiamat maka Dewa Wisnu turun dalam Wujud babi hutan dan bertarung dengan Raksasa tersebut selama ribuan tahun yang akhirnya dimenangkan oleh Dewa Wisnu. setelah memenangkan pertarungan maka Dewa Wisnu mengangkat Planet bumi dengan menggunakan kedua taringnya dan meletakkan kembali kedalam Orbitnya. menurut sejarah Dewa Wisnu menikahi Dewi Pratiwi dalam Bentuk awatara tersebut.

Tujuan varahavatara ini adalah untuk mengembalikan keselamatan bumi dan memancangkannya dengan kuat di tempatnya.






4 ) Narashima Awatara

Narashima adalah awatara Dewa Wisnu yang berwujud manusia yangberkepala singa. Awatara ini turun disebabkan Hiranyakasipu ( kaka dari Hiranyakshsa ) menaruh dendam kepada Dewa wisnu karena Dewa Wisnu telah membunuh adiknya. Hranyakasipu memohon kepada Dewa Brahma agar diberikan kekuatan yang ia tidak bisa dibunih oleh senjata apapun didarat diudara dan dilaut, baik siang dan malam serta didalam rumah ataupun diluar rumah. maka Dewa Brahma mengabulkan permintaan Hiranyakasipu. namun dengan kesaktian yang dimilikinya maka iapun menjadi sombong. melihat hal tersebut maka para dewa menyelamatkan Istri dan anaknya. melihat hal tersebut maka Hiranyakasipu sangat marah kepada para dewa dan berulang kali mencoba untuk membunuh anaknya setelah ia mengetahui bahwa anaknya menjadi penyembah Dewa Wisnu. namun percobaan tersebut selalu gagal karena Dewa Wisnu selalu melindungi anaknya tersebut namun dengan tidak langsung.melihat hal tersebut Hiranyakasipu pun marah dan mengatakan kepada Dewa Wisnu untuk menantangnya bertarung. maka turun Dewa Wisnu untuk membunuh Hiranyakasipu. namun dengan berkah dari Dewa Brahma maka Hiranyakasipu tidak dapat dibunuh. melihat hal tersebut maka dewa Wisnu merubah wujudnya menjadi Narashima yaitu bentuk manusia yang berkepala singa agar berkah dari Dewa Brahma tersebut tidak berlaku.dan Akhirnya Hiranyakasipu dapat dibunuh dengan cara dipangku oleh Narashima dan di cakar oleh kuku Narashima yang tajam bagai pedang. dengan cara tersebut berkah dari Dewa  Brahma menjadi tidak berlaku.

Tujuan Narasimhavatara ini adalah untuk membuktikan kepercayaan bhaktanya tentang kemaha adaan Tuhan.







5 ) Wamana Awatara

Wamana awatara adalah Awatara Wisnu yang kelima, turun pada masa Treta Yuga, sebagai putera Aditi, seorang Brahmana. Beliau (Batara Wisnu) turun ke dunia guna menegakkan kebenaran dan memberi pelajaran kepada raja Bali (Mahabali), seorang Asura, cucu dari Prahlada. Raja Bali telah merebut surga dari kekuasaan Dewa Indra, karena itu Wisnu turun tangan dan menjelma ke dunia, memberi hukuman pada Raja Bali.
Kisah Wamana Awatara dimuat dalam kitab Bhagawata Purana. Menurut cerita dalam kitab, Wamana sebagai Brahmana cilik datang ke istana Raja Bali karena pada saat itu Raja Bali mengundang seluruh Brahmana untuk diberikan hadiah. Ia sudah dinasehati oleh Guru Sukracharya agar tidak memberikan hadiah apapun kepada Brahmana yang aneh dan lain daripada biasanya. Pada waktu pemberian hadiah, seorang Brahmana kecil muncul di antara Brahmana-Brahmana yang sudah tua-tua. Brahmana tersebut juga akan diberi hadiah oleh Bali.
Brahmana kecil itu meminta tanah seluas tiga jengkal yang diukur dengan langkah kakinya. Raja Bali pun takabur dan melupakan nasihat Guru Sukracharya. Ia menyuruh Brahmana kecil itu melangkah.
Pada waktu itu juga, Brahmana tersebut membesar dan terus membesar. Dengan ukurannya yang sangat besar, ia mampu melangkah di surga dan bumi sekaligus. Pada langkah yang pertama, ia menginjak surga. Pada langkah yang kedua, ia menginjak bumi. Pada langkah yang ketiga, ia menginjak kepala Raja Bali. Tamatlah riwayat Bali.

6 ) Parasurama Awatara

Adalah Awatara Wisnu yang keenam yang turun pada masa Treta Yuga. Ia merupakan salah satu Chiranjiwin atau makhluk abadi. Saat kelahirannya, Wisnu menjelma sebagai seorang Brahmana kesatria, putera Jamadagni. Pada masa tersebut ada banyak sekali ksatria yang gemar berperang dan menjadi ancaman di muka bumi. Maka dari itu, beliau berusaha untuk menumpas ksatria-ksatria tersebut dan meminimalisir jumlahnya. Meskipun demikian, tidak semua ksatria ditumpas olehnya. Ksatria-ksatria yang mampu bertahan hidup bersembunyi dan melanjutkan keturunannya.Adapun kisah dari Avatara parasurama adalah    .suatu hari Kartaviryarjuna,penguasa daerah tersebut mengunjungi asram itu setelah berburu Sang Maha Rsi menerima Maha Raja dan rombongannya menjamu se layaknya dengan bantuan sapi khayangan yang bernama Kamadhenu .viryarjuna menjadi iri hati dan menggiring sapi serta anaknya tanpa memperdulika perasaan Sang Rsi.ketika rombongan tersebut meneruskan perjalanan Parasurama mendekati dan menyerang mereka ,setelah pertarungan sengit memenggal kepala Maha Raja tersebut ,kemudian anak-anak memenggal kepala Rsi Jamadagnidi saat parasurama tidak ada di pertapaan ,mendengar teriakan keras ibunya ,parasurama kembali hanya untuk melihat kepala ayahnya di tanah ,Dengan sangat marah ia menyerang Kota Mahismati dan membunuh keseratus anak Kartaviryarjuna,Ia bersumpah akan membasmi keberadaan kaum kesatriya tersebut

Tujuan dari avatara ini adalah untuk memperingatkan dan menghukum para penguasa (para ksatriya)sombong dan tidak memberi  hormat pada para Rsi.  







7 ) Rama Awatara

Adalah seorang raja legendaris yang terkenal dari India yang konon hidup pada zaman Treta Yuga, keturunan Dinasti Surya atau Suryawangsa. Ia berasal dari Kerajaan Kosala yang beribukota Ayodhya. Menurut pandangan Hindu, ia merupakan awatara Dewa Wisnu yang ketujuh yang turun ke bumi pada zaman Treta Yuga. Sosok dan kisah kepahlawanannya yang terkenal dituturkan dalam sebuah sastra Hindu Kuno yang disebut Ramayana, tersebar dari Asia Selatan sampai Asia Tenggara. Terlahir sebagai putera sulung dari pasangan Raja Dasarata dengan Kosalya, ia dipandang sebagai Maryada Purushottama, yang artinya “Manusia Sempurna”. Setelah dewasa, Rama memenangkan sayembara dan beristerikan Dewi Sita, inkarnasi dari Dewi Laksmi. Rama memiliki anak kembar, yaitu Kusa dan Lawa.dan diceritakan pula Rama lahir sebagai anak dasaratha dan membagi kehebatannya dengan tiga saudaranya ,tujuan avatara ini bukan hanya untuk menghancurkan yang jahat dan melindungi yang baik , tetapi untuk memberi contoh keseluruh dunia ,bagaimana manusia seharusnya menjalankan kebenaran dan kebajikan dalam hidup Ia merupakan perujudan dari Satya dan Dharma.

 8 ) Krisna Awatara

Kresna berasal dari Kerajaan Surasena, namun kemudian ia mendirikan kerajaan sendiri yang diberi nama Dwaraka. Dalam cerita Mahabharata, ia dikenal sebagai tokoh raja yang bijaksana, sakti, dan berwibawa. Dalam ajaran agama Hindu, ia dikenal sebagai awatara Dewa Wisnu yang kedelapan. Dalam Bhagawad Gita, beliau adalah perantara kepribadian Brahman (Tuhan Yang Maha Esa) yang menjabarkan ajaran kebenaran mutlak (dharma) kepada Arjuna. Beliau mampu menampakkan secercah kemahakuasaan Tuhan yang hanya disaksikan oleh tiga orang pada waktu perang keluarga Bharata akan berlangsung. Ketiga orang tersebut adalah Arjuna, Sanjaya putra Widura, dan Vyasa. Namun Sanjaya dan Vyasa tidak melihat secara langsung, melainkan melalui mata batin mereka yang menyaksikan perang Bharatayuddha.

Krsna avatara ini adalah avatara cinta kasih dan kedamaian tugasnya adalah untuk melindungi yang baik dan menghukum yang jahat tetapi tugas utamanya adalah untuk menyampaikan ajaran-ajaran hidup melalui Bhagavad Gita.





9 ) Budha Awatara

Pangeran Siddharta Gautama lahir sekitar abad ketujuh sebelum Masehi (± tahun 623 SM) (2400 tahun yang lalu). Siddharta bukanlah anak biasa. Dalam usia yang sangat muda, Siddharta ahli dalam segala bidang pengetahuan, bahkan melampaui anak-anak yang sebaya dengannya. Selain itu ia rajin bermeditasi, sangat gagah dan tampan, dan selalu menjadi pemenang dalam setiap perlombaan. Pada usia muda ia dinikahkan dengan puteri Yasodhara. Ia kemudian memiliki seorang putera yang diberi nama Rahula.
Ayahnya, Raja Suddhodana, sangat menginginkan dia menjadi Maharaja Dunia, namun pikirannya dibayang-bayangi oleh ramalan petapa Kondanna yang mengatakan bahwa anaknya akan menjadi Buddha karena melihat empat hal: orang sakit, orang tua, orang mati, dan orang peminta-minta. Keempat hal tersebut selalu berusaha ditutupi olah ayahnya. Ia tidak akan 


membiarkan sesuatu yang bersifat sakit, tua, mati, dan peminta-minta dilihat oleh Siddharta.
Namun Siddharta memang sudah ditakdirkan untuk menjadi Buddha. Ramalan pertapa Kondanna menjadi kenyataan. Keinginan Siddharta untuk menjadi Buddha terlintas ketika ia melihat orang tua, orang sakit, orang mati, dan peminta-minta. Akhirnya ia memutuskan untuk menjadi pertapa dan berkeliling mencari pertapa-pertapa terkenal dan mengikuti ajarannya, namun semuanya tidak membuat Siddharta puas. Akhirnya ia menemukan pencerahan ketika bertapa di bawah pohon Bodhi di Bodh Gaya.
 
Pemutaran Roda Dharma
Ajaran Sang Buddha pertama kali diterima oleh lima orang bhiksu: Kondanna, Bhaddiya, Mahanama, Assaji, dan Vappa. Hari pemutaran roda Dharma yang pertama tersebut diperingati oleh umat Buddha sebagai hari suci Asadha. Setelah saat itu, makin lama makin banyak orang yang menjadi pengikut Beliau. Inti ajarannya terangkum dalam tiga baris syair yang diajarkan-Nya:
“Jangan berbuat kejahatan, perbanyak perbuatan baik. Sucikan hati dan pikiran, inilah ajaran paraBuddha”.
Ajaran Siddharta Gautama atau Sang Buddha terkenal sebagai ajaran agama Buddha. Ajaran ini pula yang menjadi ajaran terpenting agama Buddha di seluruh dunia. Sang Buddha Parinirwana dalam usia delapan puluh tahun, pada bulan Waisaka purnamasidhi. Pada masa sekarang, hari kelahiran Beliau, hari Beliau mendapat pencerahan, dan hari Beliau Parinirvana, diperingati sebagai hari suci Waisak.

Buddha menurut umat Hindu
Dalam tradisi Hindu, Sang Buddha tidak memiliki posisi istimewa dalam Veda. Menurut kepercayaan umat Hindu, pada masa Kali Yuga, orang-orang mulai melupakan ajaran agama dan tindakan mereka melenceng atau tidak sesuai dengan Veda. Maka dari itu, Sang Buddha muncul untuk menyempurnakan kembali tindakan yang melenceng dari Veda dan menolak untuk menerapkan pengorbanan hewan.
Pada mulanya agama Buddha dianggap sebagai sebuah sekte oleh umat Hindu ketika ajarannya disebarkan di daratan India. Oleh umat Hindu, Siddharta sendiri dihormati dan diyakini sebagai salah satu penjelmaan (Awatara) Tuhan. Siddharta menolak diterapkannya lembaga kasta dan upacara-upacara dalam Veda, dan juga terdapat beberapa filsafat tersendiri yang berbeda dengan filsafat Hindu, sehingga sekte yang didirikan Siddharta Gautama menjadi agama tersendiri.
Melalui contohnya Buddha membuktikan bahwa setiap manusia dapat mencapai keadaan Buddha ,orang yang senantiasa mendapat penerangan- penerangan dengan mengikuti delapan jalan,ajaran utamanya adalah utuk menaklukan keinginan dan menerapkan cinta serta kasih sayang. 


10 ) Kalki Awatara
Ini Awatara Dewa Wisnu yang belum muncul namun banyak kepercayaan  dan pemikiran mengenai kapan, bagaimana, di mana, dan mengapa Kalki Awatara muncul. Penggambaran yang umum mengenai Kalki Awatara yaitu beliau adalah Awatara yang mengendarai kuda putih (beberapa sumber mengatakan nama kudanya “Devadatta” (anugerah Dewa) dan dilukiskan sebagai kuda bersayap). Kalki memiliki pedang berkilat yang digunakan untuk memusnahkan kejahatan dan menghancurkan iblis Kali, kemudian menegakkan kembali Dharma dan memulai zaman yang baru.



2.3   Makna dan filsafat yang terkandung dalam 10 avatara visnu menurut satvika purana.
Jika kita mempelajari turunnya runtutan avatara tersebut kita menyadari bahwa itu merupakan cerita perkembangan (evolusi) spesies dari ikan ke kura-kura  dari kura-kebabi hutan kemudian setengah binatang setengah manusia.manusia kerdil kemudian manusia yang memiliki kecondongan sifat rajas yang mendominasi ,akhirnya avatara Rama ,krsna, dan Buddha adalah manusia idaman yang di berkati dengan sifat-sifat kebenaran ,kebajikan,cinta,kasih,kedamaian,tanpa kekerasan

   
Beberapa orang meyakini bahwa filsafat Dasa Awatara menunjukkan perkembangan kehidupan dan peradaban manusia di muka bumi. Setiap Awatara merupakan lambang dari setiap perkembangan zaman yang terjadi. Matsya Awatara merupakan lambang bahwa kehidupan pertama terjadi di air. Kurma Awatara menunjukkan perkembangan selanjutnya, yakni munculnya hewan amphibi. Waraha Awatara melambangkan kehidupan selanjutnya terjadi di darat. Narasimha Awatara melambangkan dimulainya evolusi mamalia. Wamana Awatara melambangkan perkembangan makhluk yang disebut manusia namun belum sempurna. Parashurama Awatara, pertapa bersenjata kapak, melambangkan perkembangan manusia di tingkat yang sempurna. Rama Awatara melambangkan peradaban manusia untuk memulai pemerintahan. Krishna Awatara, yang mahir dalam enam puluh empat bidang pengetahuan dan kesenian melambangkan kecakapan manusia di bidang kebudayaan dan memajukan peradaban. Balarama Awatara, Kakak Kresna yang bersenjata alat pembajak sawah, melambangkan peradaban dalam bidang pertanian. Buddha Awatara, yang mendapatkan pencerahan, melambangkan kemajuan sosial manusia.
Awatara yang turun ke dunia juga memiliki makna-makna menurut zamannya: masa para Raja meraih kejayaan dengan pemerintahan Rama Awatara pada masa Treta Yuga, dan keadilan sosial dan Dharma dilindungi oleh Sri Kresna pada masa Dwapara Yuga. Makna dari turunnya para Awatara selama masa Satya Yuga menuju Kali Yuga juga menunjukkan evolusi makhluk hidup dan perkembangan peradaban manusia.
Awatara-awatara dalam daftar di atas merupakan inkarnasi Wisnu, yang mana dalam suatu filsafat merupakan lambang dari takaran dari nilai-nilai kemasyarakatan. Istri Dewa Wisnu bernama Laksmi, Dewi kemakmuran. Kemakmuran dihasilkan oleh masyarakat, dan diusahakan agar terus berjalan seimbang. Hal tersebut dilambangkan dengan Dewi Laksmi yang berada di kaki Dewa Wisnu. Dewi Laksmi sangat setia terhadapnya.
Filsafat Catur Yuga yang merupakan masa-masa yang menjadi latar belakang turunnya suatu Awatara dideskripsikan sebagai berikut:
  • Satya Yuga dilambangkan dengan seseorang membawa sebuah kendi (kamandalu)
  • Treta Yuga dilambangkan dengan seseorang yang membawa sapi dan sauh
  • Dwapara Yuga dilambangkan dengan seseorang membawa busur panah dan kapak
  • Kali Yuga dilambangkan dengan seseorang yang sangat jelek, telanjang, dan melakukan tindakan yang tidak senonoh.
Jika deskripsi di atas diamati dengan seksama, maka masing-masing zaman memiliki makna tersendiri yang mewakili perkembangan peradaban masyarakat manusia. Pada masa pertama, Satya Yuga, ada peradaban mengenai tembikar, bahasa, ritual (yajña), dan sebagainya. Pada masa yang kedua, Treta Yuga, manusia memiliki kebudayaan bertani, bercocok tanam dan beternak. Pada masa yang ketiga, manusia memiliki peradaban untuk membuat senjata karena bidang pertanian dan kemakmuran perlu dijaga. Yuga yang terakhir merupakan puncak dari kekacauan, dan akhir dari peradaban manusia.



BAB III
PENUTUP

3.1  Simpulan
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Deva visnulah sebagai avatara menurut satvika purana,Tuhan akan selalu datang untuk menolong bhaktanya.Tuhan akan melakukan apa saja untuk membuktikan kesetiaan bhaktanya.banyak orang pintar ,namun kesulitan menggunakan pikiran ,pikiran adalah lawan dari roh terikat dan pikiran juga musuhnya ,padahal kita hanya ingin fisafat demi kesempurnaan hidup ,filsafat adalah sesuatu yang berakhir dengan kenyataan .bodoh artinya tahu sesuatu itu benar namun tidak mau melakukannya sering kita bicara seakan –akan kita sudah seperti apa kita katakan,padahal kita menikmati pembicaraan,orang yang hatinya tidak tentram tidak akan pernah menciptakan ketentraman.jadi makna dan filsafat dari avatara inilah yang perlu kita amalkan berfikir dengan baik untuk mendapatkan kesempurnaan hidup.  
1.1        Saran
kita sebagai umat beragama dan sebagai generasi penerus bangsa, hendaknya kita harus mampu memiliki kesadaran sendiri dari diri kita sendiri tanpa ada unsur keterpaksaan dalam melaksanakan tugas sebagai manusia untuk selalu melaksanakan sesuatu di dasari atas dharma , baik dalam keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Untuk itu, marilah bangun kesempurnaan hidup berawal dari diri kita sendiri.







DAFTAR PUSTAKA

-          Genitri Pendidikan Agama Hindu. 2007. Denpasar : Tri Agun
-          www.goegle.com

-           

Tidak ada komentar: