BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Purana adalah
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka permasalahan yang hendak dibahas dalam makalah ini
adalah:
1.
Bagaimanakah asal-usul Deva visnu menurut satvika
purana?
2.
Pengertian avatara,dan avatara visnu menurut
satvika purana!
3.
Makna dan filsafat yang terkandung dalam avatara
menurut satvika purana!
1.3
Tujuan
Adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1.
Untuk mengetahui asal- usul Deva visnu menurut
satvika purana.
2.
Untuk mengetahui pengertian avatara ,dan avatara
visnu menurut satvika purana.
3.
Untuk mengetahui makna dan filsafat yang
terkandung dalam 10 avatara menurut satvika purana.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Asal usul Deva visnu menurut satvika
purana
Dewa wisnu
adalah salah satu dari trimurti yang bertugas sebagai dewa pemelihara dan
pelindung alam semesta,,
Dan untuk tetap menjaga dan memelihara alam semesta,
maka Dewa Wisnu sering berenkarnasi atau turun kedunia. dalam wujud yang
berbeda-beda, tentunya dengan fungsi yang berbeda juga.
Menurut kitab suci agama Hindu Dewa Wisnu telah
turun ke bumi sebanyak 9 kali dan akan turun untuk terakhir kali namun waktunya
tidak diketahui.
Antaryami atau “Sukma Vasudeva” adalah wujud
Dewa Wisnu yang berada pada ajaran agama
Hindu, Wisnu (disebut juga Sri Wisnu atau Narayana) adalah Dewa yang bergelar
sebagai shtiti (pemelihara) yang bertugas memelihara dan melindungi segala
ciptaan Brahman (Tuhan Yang Maha Esa). Dalam filsafat Hindu Waisnawa, Ia
dipandang sebagai roh suci sekaligus dewa yang tertinggi. Dalam filsafat
Adwaita Wedanta,visnu dengan istadevatanya yang di sebut satvika purana dan
tradisi Hindu umumnya, Dewa Wisnu dipandang sebagai salah satu manifestasi
Brahman dan enggan untuk dipuja sebagai Tuhan tersendiri yang menyaingi atau
sederajat dengan Brahman.
Etimologi
Penjelasan
tradisional menyatakan bahwa kata Visnu berasal dari Bahasa Sanskerta, akar katanya
vis, (yang berarti “menempati”, “memasuki”, juga berarti “mengisi” — menurut
Regweda), dan mendapat akhiran nu. Kata Wisnu kira-kira diartikan: “Sesuatu
yang menempati segalanya”. Pengamat Weda, Yaska, dalam kitab Nirukta,
mendefinisikan Wisnu sebagai vishnu vishateh (“sesuatu yang memasuki
segalanya”), dan yad vishito bhavati tad vishnurbhavati (yang mana sesuatu yang
tidak terikat dari belenggu itu adalah Wisnu).
Adi
Shankara dalam pendapatnya tentang Wisnu Sahasranama, mengambil kesimpulan dari
akar kata tersebut, dan mengartikannya: “yang hadir dimana pun” (“sebagaimana
Ia menempati segalanya, vevesti, maka Ia disebut Visnu”). Adi Shankara
menyatakan: “kekuatan dari Yang Mahakuasa telah memasuki seluruh alam semesta.”
Akar kata Vis berarti ‘masuk ke dalam.’
Mengenai
akhiran –nu, Manfred Mayrhofer berpendapat bahwa bunyinya mirip dengan kata
ji??u’ (“kejayaan”). Mayrhofer juga berpendapat kata tersebut merujuk pada
sebuah kata Indo-Iranian *višnu, dan kini telah digantikan dengan kata rašnu
dalam kepercayaan Zoroaster di Iran.
Akar
kata vis juga dihubungkan dengan visva (“segala”). Pendapat berbeda-beda
mengenai penggalan suku kata “Wisnu” misalnya: vi-??u (“mematahkan punggung”),
vi-?-?u (“memandang ke segala penjuru”) dan vi?-?u (“aktif”). Penggalan suku
kata dan arti yang berbeda-beda terjadi karena kata Wisnu dianggap tidak
memiliki suku kata yang konsisten.
Wisnu dalam susastra Hindu
Susastra
Hindu banyak menyebut-nyebut nama Wisnu di antara dewa-dewi lainnya. Dalam
kitab Weda, Dewa Wisnu muncul sebanyak 93 kali. Ia sering muncul bersama dengan
Indra, yang membantunya membunuh Wretra, dan bersamanya ia meminum Soma.
Hubungannya yang dekat dengan Indra membuatnya disebut sebagai saudara. Dalam
Weda, Wisnu muncul tidak sebagai salah satu dari delapan Aditya, namun sebagai
pemimpin mereka. Karena mampu melangkah di tiga alam, maka Wisnu dikenal
sebagai Tri-wikrama atau Uru-krama untuk langkahnya yang lebar. Langkah
pertamanya di bumi, langkah keduanya di langit, dan langkah ketiganya di dunia
yang tidak bisa dilihat oleh manusia, yaitu di surga.
Dalam
kitab Purana, Wisnu sering muncul dan menjelma sebagai seorang Awatara, seperti
misalnya Rama dan Kresna, yang muncul dalam Itihasa (wiracarita Hindu). Dalam
penitisannya tersebut, Wisnu berperan sebagai manusia unggul.
Dalam
kitab Bhagawadgita, Wisnu menjabarkan ajaran agama dengan mengambil sosok
sebagai Sri Kresna, kusir kereta Arjuna, menjelang perang di Kurukshetra
berlangsung. Pada saat itu pula Sri Kresna menampakkan wujud rohaninya sebagai
Wisnu, kemudian ia menampakkan wujud semestanya kepada Arjuna.
Wujud Dewa Wisnu
Dalam
Purana, dan selayaknya penggambaran umum, Dewa Wisnu dilukiskan sebagai dewa
yang berkulit hitam-kebiruan atau biru gelap; berlengan empat, masing-masing
memegang: gada, lotus, sangkala, dan chakra. Yang paling identik dengan Wisnu
adalah senjata cakra dan kulitnya yang berwarna biru gelap. Dalam filsafat
Waisnawa, Wisnu disebutkan memiliki wujud yang berbeda-beda atau memiliki
aspek-aspek tertentu.
Dalam filsafat Waisnawa, Wisnu
memiliki enam sifat ketuhanan:
- Jñana: mengetahui segala sesuatu yang terjadi di alam semesta
- Aishvarya: maha kuasa, tak ada yang dapat mengaturnya
- Shakti: memiliki kekuatan untuk membuat yang tak mungkin menjadi mungkin
- Bala: maha kuat, mampu menopang segalanya tanpa merasa lelah
- Virya: kekuatan rohani sebagai roh suci dalam semua makhluk
- Tèjas: memberi cahaya spiritualnya kepada semua makhluk
- Beberapa sarjana Waisnawa meyakini bahwa masih banyak kekuatan Wisnu yang lain dan jumlahnya tak terhitung, namun yang paling penting untuk diketahui hanyalah enam.
Penggambaran
Dalam
Purana, Wisnu disebutkan bersifat gaib dan berada dimana-mana. Untuk memudahkan
penghayatan terhadapnya, maka simbol-simbol dan atribut tertentu dipilih sesuai
dengan karakternya, dan diwujudkan dalam bentuk lukisan, pahatan, dan arca.
Dewa Wisnu digambarkan sebagai berikut:
- Seorang pria yang berlengan empat. Berlengan empat melambangkan segala kekuasaanya dan segala kekuatannya untuk mengisi seluruh alam semesta.
- Kulitnya berwarna biru gelap, atau seperti warna langit. Warna biru melambangkan kekuatan yang tiada batas, seperti warna biru pada langit abadi atau lautan abadi tanpa batas.
- Di dadanya terdapat simbol kaki Resi Brigu.
- Juga terdapat simbol srivatsa di dadanya, simbol Dewi Laksmi, pasangannya.
- Pada lehernya, terdapat permata Kaustubha dan kalung dari rangkaian bunga
- Memakai mahkota, melambangkan kuasa seorang pemimpin
- Memakai sepasang giwang, melambangkan dua hal yang selalu bertentangan dalam penciptaan, seperti: kebijakan dan kebodohan, kesedihan dan kebahagiaan, kenikmatan dan kesakitan.
- Beristirahat dengan ranjang Ananta Sesa, ular suci.
Wisnu sering dilukiskan memegang
empat benda yang selalu melekat dengannya, yakni:
- Terompet kulit kerang atau Shankhya, bernama “Panchajanya”, dipegang oleh tangan kiri atas, simbol kreativitas. Panchajanya melambangkan lima elemen penyusun alam semesta dalam agama Hindu, yakni: air, tanah, api, udara, dan ether.
- Cakram, senjata berputar dengan gerigi tajam, bernama “Sudarshana”, dipegang oleh tangan kanan atas, melambangkan pikiran. Sudarshana berarti pandangan yang baik.
- Gada yang bernama Komodaki, dipegang oleh tangan kiri bawah, melambangkan keberadaan individual.
- Bunga lotus atau Padma, simbol kebebasan. Padma melambangkan kekuatan yang memunculkan alam semesta.
Tiga wujud
Dalam
ajaran filsafat Waisnawa (terutama di India), Wisnu disebutkan memiliki tiga
aspek atau perwujudan lain. Ketiga wujud tersebut yaitu: Karaodakasayi Vishnu
atau Maha Vishnu; Garbhodakasayi Vishnu; dan Kirodakasayi Vishnu. Menurut
Bhagawadgita, ketiga aspek tersebut disebut “Purua Avatara”, yaitu penjelmaan
Wisnu yang mempengaruhi penciptaan dan peleburan alam material. Karaodakasayi
Vishnu (Maha Vishnu) dinyatakan sebagai Wisnu yang berbaring dalam “lautan penyebab”
dan Beliau menghembuskan banyak alam semesta (galaksi?) yang jumlahnya tak
dapat dihitung; Garbhodakasayi Vishnu dinyatakan sebagai Wisnu yang masuk ke
dalam setiap alam semesta dan menciptakan aneka rupa; Kirodakasayi Vishnu (Roh
utama) dinyatakan sebagai Wisnu masuk ke dalam setiap makhluk dan ke dalam
setiap atom.
Lima wujud
Dalam ajaran di asrama Waisnawa di
India, Wisnu diasumsikan memiliki lima wujud, yaitu:
Para.
Para merupakan wujud tertinggi dari Dewa Wisnu yang hanya bisa ditemui di Sri Waikunta,
juga disebut Moksha, bersama dengan pasangannya — Dewi Lakshmi, Bhuma Dewi dan
Nila Di sana Ia dikelilingi oleh roh-roh suci dan jiwa yang bebas.
Vyuha.
Dalam wujud Vyuha, Dewa Wisnu terbagi menjadi empat wujud yang mengatur empat
fungsi semesta yang berbeda, serta mengontrol segala aktivitas makhluk hidup.
Vibhava.
Dalam wujud Vibhava, Wisnu diasumsikan memiliki penjelmaan yang berbeda-beda,
atau lebih dikenal dengan sebutan Awatara, yang mana bertugas untuk membasmi
kejahatan dan menegakkan keadilan di muka bumi.setiap hati makhluk hidup.
Arcavatara.
Arcavatara merupakan manifestasi Wisnu dalam imajinasi, yang digunakan oleh
seseorang agar lebih mudah memujanya sebab pikirannya tidak mampu mencapai
wujud Para, Vyuha, Vibhava, dan Antaryami dari Wisnu.
Hubungan dengan Dewa lain
Dewa Wisnu memiliki hubungan dengan
Dewi Lakshmi, Dewi kemakmuran yang merupakan istrinya. Selain dengan Indra,
Wisnu juga memiliki hubungan dekat dengan Brahma dan Siwa sebagai konsep
Trimurti. Kendaraan Dewa Wisnu adalah Garuda, Dewa burung. Dalam penggambaran
umum, Dewa Wisnu sering dilukiskan duduk di atas bahu burung Garuda tersebut.
Tradisi dan pemujaan
Dalam
tradisi Dvaita Waisnawa, Wisnu merupakan Makhluk yang Maha Kuasa. Dalam
filsafat Advaita Vedanta, Wisnu dipandang sebagai salah satu dari manifestasi
Brahman. Dalam segala tradisi Sanatana Dharma, Wisnu dipuja secara langsung
maupun tidak langsung, yaitu memuja awatara-nya.
Aliran
Waisnawa memuja Wisnu secara khusus. Dalam sekte Waisnawa di India, Wisnu
dipuja sebagai roh yang utama dan dibedakan dengan Dewa-Dewi lainnya, yang
disejajarkan seperti malaikat. Waisnawa menganut monotheisme terhadap Wisnu,
atau Wisnu merupakan sesuatu yang tertinggi, tidak setara dengan Dewa.
Dalam
tradisi Hindu umumnya, Dewa Wisnu memanifestasikan dirinya menjadi Awatara, dan
di India, masing-masing awatara tersebut dipuja secara khusus.
Tidak
diketahui kapan sebenarnya pemujaan terhadap Wisnu dimulai. Dalam Veda dan
informasi tentang agama Hindu lainnya, Wisnu diasosiasikan dengan Indra.
Shukavak N. Dasa, seorang sarjana Waisnawa, berkomentar bahwa pemujaan dan lagu
pujia-pujian dalam Veda ditujukan bukan untuk Dewa-Dewi tertentu, melainkan
untuk Sri Wisnu — Yang Maha Kuasa — yang merupakan jiwa tertinggi dari para
Dewa.
Di
Bali, Dewa Wisnu dipuja di sebuah pura khusus untuk beliau, bernama Pura Puseh,
yakni pura yang harus ada di setiap desa dan kecamatan. Di sana ia dipuja
sebagai salah satu manifestasi Sang Hyang Widhi yang memberi kesuburan dan
memelihara alam semesta.
konsep Nawa Dewata dalam Agama
Hindu Dharma di Bali, Dewa Wisnu menempati arah utara dalam mata angin.
Warnanya hitam, aksara sucinya “U” (ung).
Versi pewayangan Jawa
Dalam
pementasan wayang Jawa, Wisnu sering disebut dengan gelar Sanghyang Batara
Wisnu. Menurut versi ini, Wisnu adalah putra kelima Batara Guru dan Batari Uma.
Ia merupakan putra yang paling sakti di antara semua putra Batara Guru.
Menurut
mitologi Jawa, Wisnu pertama kali turun ke dunia menjelma menjadi raja bergelar
Srimaharaja Suman. Negaranya bernama Medangpura, terletak di wilayah Jawa
Tengah sekarang. Ia kemudian berganti nama menjadi Sri Maharaja Matsyapati,
merajai semua jenis binatang air.
Selain itu Wisnu juga menitis atau
terlahir sebagai manusia. Titisan Wisnu menurut pewayangan antara lain,
- Srimaharaja Kanwa.
- Resi Wisnungkara
- Prabu Arjunasasrabahu
- Sri Ramawijaya
- Sri Batara Kresna
- Prabu Jayabaya
- Prabu Anglingdarma
2.2 Pengertian Avatara dan avatara visnu menurut satvika purana.
Awatara atau Avatar dalam agama Hindu adalah inkarnasi
dari Tuhan Yang Maha Esa maupun
manifestasinya. Tuhan Yang Maha Esa ataupun manifestasinya
turun ke dunia, mengambil suatu bentuk dalam dunia material, guna menyelamatkan
dunia dari kehancuran dan kejahatan, menegakkan dharma dan menyelamatkan
orang-orang yang melaksanakan Dharma/Kebenaran,dan di dalam satvika purana
menyatakan dewa visnulah sebagai avatara
untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran
Dalam Bhagawadgita, salah satu kitab suci agama
Hindu selain Weda, Kresna sebagai perantara Tuhan
Yang Maha Esa bersabda:
Yadā
yadā hi dharmasya glānir bhavati bhārata abhyutthānam adharmasya tadātmanam
srjāmy aham paritrānāya sādhūnām vināśāya ca duskrtām dharma samsthāpanarthāya
sambavāmi yuge yuge
(Bhagavad-gītā, 4.7-8)
Kepala tiap-tiap Awatara pada patung Dewa Wisnu.
Arti
Manakala kebenaran merosot dan kejahatan merajalela,
pada saat itulah Aku akan turun menjelma ke dunia,
wahai keturunan Bharata (Arjuna).
Untuk menyelamatkan orang-orang saleh
dan membinasakan orang jahat
dan menegakkan kembali kebenaran,
Aku sendiri menjelma dari zaman ke zaman.
Dasa Awatara,
sepuluh Awatara Wisnu
Agama
Hindu mengenal adanya Dasa Awatara yang
sangat terkenal di antara Awatara-Awatara lainnya. Dasa Awatara adalah sepuluh
Awatara yang diyakini sebagai penjelmaan material Dewa
Wisnu dalam misi menyelamatkan dunia. Dari
sepuluh Awatara, sembilan diantaranya diyakini sudah pernah menyelamatkan
dunia, sedangkan satu di antaranya, Awatara terakhir (Kalki Awatara), masih
menunggu waktu yang tepat (konon pada akhir Kali Yuga) untuk turun ke dunia.
Kisah-kisah Awatara tersebut terangkum dalam sebuah kitab yang disebut Purana.
Berikut adalah 10 reinkarnasi ( awatara ) dari Dewa
Wisnu.
Matsya awatara
adalah awatara Dewa Wisnu yang pertama yang muncul pada jaman Satya Yuga , pada
masa pemerintahan Maharaja Manu ,putra vivasvan sang Dewa matahari.yang
diyakini sebagai nenek moyang manusia masa kini.
Matsya awatara diyakini turun kebumi depercayai
untuk memberitahu sang maharaja akan datangnya bencana Air Bah dan memerintahkan
raja untuk membuat sebuah perahu yang besar. namun terdapat kepincangan dalam
kisah tersebut karena tidak diketahui sebab terjadinya bencana air bah
tersebut. ( berbeda dengan kisah nabi Nuh as air bah disebab kan oleh dosa yang
dilakukan oleh umat beliau ).
Dan tujuan munculnya Matsyavatara ini adalah untuk
menyelamatkan veda dari tangan Raksasa Somakasura yang mencurinya dari brahma
dan menyembunyikannya di laut,Dharma di dasarkan pada veda-veda tersebut ,
sehingga perlindungan terhadap Veda merupakan tugas avatara
2
) Kurma Awatara ( sang kura-kura )
Kurma Awatara
adalah penjelmaan Dewa Wisnu yang kedua yang muncul pada jaman Satya Yuga
setelah bencana banjir besar. Dewa Wisnu pada penjelmaan kedua ini dalam bentuk
kura_kura yang duduk didasar lautan susu dan sebuah gunung ditempatkan diatas
punggungnya. konon menurut sejarahdibawah gunung tersebut terdapat harta karun
dan Tirta amerta yang dapat membuat peminumnya hidup abadi. maka para dewa dan
para asura berlomba-lomba untuk dapat meminum air dari tirta amerta tersebut
dengan cara mengikat gunung tersebut dengan naga wasuki. maka setelah sekian
lama berusaha maka tirta amerta tersebut berhasil didapat namun diambil alih
oleh Dewa Wisnu.
Menurut
sejarah dahulu kala para Dewa asura dan Raksasa bermusyawarah bagaimana cara
untuk mendapatkan tirta amerta tersebut maka Dewa Wisnu memerintahkan untuk
mengaduk laut ksira dengan mengunakan gunung mendara sebagai pengaduk dan
Awatara dewa Wisnu sebagai kura-kura sebagai penahan agar gunung tersebut tidak
tenggelam dan Dewa Indra duduk di atas gunung agar gunung tidak terangkat. maka
diputarlah gunung tersebut sehingga laut ksira tersebut bergejolak. pada saat
laut di aduk maka keluarlah racun halahala yang dapat membunuh semua makhluk
hidup. maka Dewa Siwa meminum racun tersebut sehingga lehernya membiru. setelah
dengan usaha yang cukup keras akhirnya tirta Amerta tersebut berhasil didapat dan
dibagi-bagi kepara Dewa.tentu saja raksasa kehilangan bagian mereka karena jika
para raksasa hidup abadi betapa kehancuran akan terjadi yang tak dapat di
ungkapkan .
Tujuan kurma avatara ini adalah untuk melindungi
yang baik dan menghancurkan kejahatan serta member keabadian kepada para
dewa(devata) .
3
) Varaha Awatara ( Sang babi hutan )
Awatara Dewa
Wisnu yang ketiga ini turun pada jaman Satya Yuga dan berbentuk babi hutan.
Awatara ini muncul dikarena kan seorang raksasa yang bernama Hiranyaksha
berniat menenggelamkan Planet bumi kedalam Lautan Kosmik. melihat bumi yang
belum waktunya kiamat maka Dewa Wisnu turun dalam Wujud babi hutan dan bertarung
dengan Raksasa tersebut selama ribuan tahun yang akhirnya dimenangkan oleh Dewa
Wisnu. setelah memenangkan pertarungan maka Dewa Wisnu mengangkat Planet bumi
dengan menggunakan kedua taringnya dan meletakkan kembali kedalam Orbitnya.
menurut sejarah Dewa Wisnu menikahi Dewi Pratiwi dalam Bentuk awatara tersebut.
Tujuan varahavatara ini adalah untuk mengembalikan
keselamatan bumi dan memancangkannya dengan kuat di tempatnya.
4
) Narashima Awatara
Narashima adalah awatara Dewa Wisnu yang berwujud
manusia yangberkepala singa. Awatara ini turun disebabkan Hiranyakasipu ( kaka
dari Hiranyakshsa ) menaruh dendam kepada Dewa wisnu karena Dewa Wisnu telah
membunuh adiknya. Hranyakasipu memohon kepada Dewa Brahma agar diberikan
kekuatan yang ia tidak bisa dibunih oleh senjata apapun didarat diudara dan
dilaut, baik siang dan malam serta didalam rumah ataupun diluar rumah. maka
Dewa Brahma mengabulkan permintaan Hiranyakasipu. namun dengan kesaktian yang
dimilikinya maka iapun menjadi sombong. melihat hal tersebut maka para dewa
menyelamatkan Istri dan anaknya. melihat hal tersebut maka Hiranyakasipu sangat
marah kepada para dewa dan berulang kali mencoba untuk membunuh anaknya setelah
ia mengetahui bahwa anaknya menjadi penyembah Dewa Wisnu. namun
percobaan tersebut selalu gagal karena Dewa Wisnu selalu melindungi anaknya
tersebut namun dengan tidak langsung.melihat hal tersebut Hiranyakasipu pun
marah dan mengatakan kepada Dewa Wisnu untuk menantangnya bertarung. maka turun
Dewa Wisnu untuk membunuh Hiranyakasipu. namun dengan berkah dari Dewa Brahma
maka Hiranyakasipu tidak dapat dibunuh. melihat hal tersebut maka dewa Wisnu
merubah wujudnya menjadi Narashima yaitu bentuk manusia yang berkepala singa
agar berkah dari Dewa Brahma tersebut tidak berlaku.dan Akhirnya Hiranyakasipu
dapat dibunuh dengan cara dipangku oleh Narashima dan di cakar oleh kuku
Narashima yang tajam bagai pedang. dengan cara tersebut berkah dari Dewa Brahma menjadi tidak berlaku.
Tujuan Narasimhavatara ini adalah untuk membuktikan
kepercayaan bhaktanya tentang kemaha adaan Tuhan.
5
) Wamana Awatara
Wamana awatara adalah Awatara Wisnu yang kelima,
turun pada masa Treta Yuga, sebagai putera Aditi, seorang Brahmana. Beliau
(Batara Wisnu) turun ke dunia guna menegakkan kebenaran dan memberi pelajaran
kepada raja Bali (Mahabali), seorang Asura, cucu dari Prahlada. Raja Bali telah
merebut surga dari kekuasaan Dewa Indra, karena itu Wisnu turun tangan dan
menjelma ke dunia, memberi hukuman pada Raja Bali.
Kisah Wamana Awatara dimuat dalam kitab Bhagawata Purana.
Menurut cerita dalam kitab, Wamana sebagai Brahmana cilik datang ke istana Raja
Bali karena pada saat itu Raja Bali mengundang seluruh Brahmana untuk diberikan
hadiah. Ia sudah dinasehati oleh Guru Sukracharya agar tidak memberikan hadiah
apapun kepada Brahmana yang aneh dan lain daripada biasanya. Pada waktu
pemberian hadiah, seorang Brahmana kecil muncul di antara Brahmana-Brahmana
yang sudah tua-tua. Brahmana tersebut juga akan diberi hadiah oleh Bali.
Brahmana kecil itu meminta tanah seluas tiga jengkal yang diukur dengan langkah kakinya. Raja Bali pun takabur dan melupakan nasihat Guru Sukracharya. Ia menyuruh Brahmana kecil itu melangkah.
Pada waktu itu juga, Brahmana tersebut membesar dan terus membesar. Dengan ukurannya yang sangat besar, ia mampu melangkah di surga dan bumi sekaligus. Pada langkah yang pertama, ia menginjak surga. Pada langkah yang kedua, ia menginjak bumi. Pada langkah yang ketiga, ia menginjak kepala Raja Bali. Tamatlah riwayat Bali.
Brahmana kecil itu meminta tanah seluas tiga jengkal yang diukur dengan langkah kakinya. Raja Bali pun takabur dan melupakan nasihat Guru Sukracharya. Ia menyuruh Brahmana kecil itu melangkah.
Pada waktu itu juga, Brahmana tersebut membesar dan terus membesar. Dengan ukurannya yang sangat besar, ia mampu melangkah di surga dan bumi sekaligus. Pada langkah yang pertama, ia menginjak surga. Pada langkah yang kedua, ia menginjak bumi. Pada langkah yang ketiga, ia menginjak kepala Raja Bali. Tamatlah riwayat Bali.
6
) Parasurama Awatara
Adalah Awatara
Wisnu yang keenam yang turun pada masa Treta Yuga. Ia merupakan salah satu
Chiranjiwin atau makhluk abadi. Saat kelahirannya, Wisnu menjelma sebagai
seorang Brahmana kesatria, putera Jamadagni. Pada masa tersebut ada banyak
sekali ksatria yang gemar berperang dan menjadi ancaman di muka bumi. Maka dari
itu, beliau berusaha untuk menumpas ksatria-ksatria tersebut dan meminimalisir
jumlahnya. Meskipun demikian, tidak semua ksatria ditumpas olehnya.
Ksatria-ksatria yang mampu bertahan hidup bersembunyi dan melanjutkan
keturunannya.Adapun kisah dari Avatara parasurama adalah .suatu hari Kartaviryarjuna,penguasa daerah
tersebut mengunjungi asram itu setelah berburu Sang Maha Rsi menerima Maha Raja
dan rombongannya menjamu se layaknya dengan bantuan sapi khayangan yang bernama
Kamadhenu .viryarjuna menjadi iri hati dan menggiring sapi serta anaknya tanpa
memperdulika perasaan Sang Rsi.ketika rombongan tersebut meneruskan perjalanan
Parasurama mendekati dan menyerang mereka ,setelah pertarungan sengit memenggal
kepala Maha Raja tersebut ,kemudian anak-anak memenggal kepala Rsi Jamadagnidi
saat parasurama tidak ada di pertapaan ,mendengar teriakan keras ibunya
,parasurama kembali hanya untuk melihat kepala ayahnya di tanah ,Dengan sangat
marah ia menyerang Kota Mahismati dan membunuh keseratus anak
Kartaviryarjuna,Ia bersumpah akan membasmi keberadaan kaum kesatriya tersebut
Tujuan dari avatara ini adalah untuk memperingatkan
dan menghukum para penguasa (para ksatriya)sombong dan tidak memberi hormat pada para Rsi.
7
) Rama Awatara
Adalah seorang
raja legendaris yang terkenal dari India yang konon hidup pada zaman Treta
Yuga, keturunan Dinasti Surya atau Suryawangsa. Ia berasal dari Kerajaan Kosala
yang beribukota Ayodhya. Menurut pandangan Hindu, ia merupakan awatara Dewa
Wisnu yang ketujuh yang turun ke bumi pada zaman Treta Yuga. Sosok dan kisah
kepahlawanannya yang terkenal dituturkan dalam sebuah sastra Hindu Kuno yang
disebut Ramayana, tersebar dari Asia Selatan sampai Asia Tenggara. Terlahir
sebagai putera sulung dari pasangan Raja Dasarata dengan Kosalya, ia dipandang
sebagai Maryada Purushottama, yang artinya “Manusia Sempurna”. Setelah dewasa,
Rama memenangkan sayembara dan beristerikan Dewi Sita, inkarnasi dari Dewi
Laksmi. Rama memiliki anak kembar, yaitu Kusa dan Lawa.dan diceritakan pula
Rama lahir sebagai anak dasaratha dan membagi kehebatannya dengan tiga
saudaranya ,tujuan avatara ini bukan hanya untuk menghancurkan yang jahat dan
melindungi yang baik , tetapi untuk memberi contoh keseluruh dunia ,bagaimana
manusia seharusnya menjalankan kebenaran dan kebajikan dalam hidup Ia merupakan
perujudan dari Satya dan Dharma.
8
) Krisna Awatara
Kresna berasal
dari Kerajaan Surasena, namun kemudian ia mendirikan kerajaan sendiri yang
diberi nama Dwaraka. Dalam cerita Mahabharata, ia dikenal sebagai tokoh raja
yang bijaksana, sakti, dan berwibawa. Dalam ajaran agama Hindu, ia dikenal
sebagai awatara Dewa Wisnu yang kedelapan. Dalam Bhagawad Gita, beliau adalah
perantara kepribadian Brahman (Tuhan Yang Maha Esa) yang menjabarkan ajaran
kebenaran mutlak (dharma) kepada Arjuna. Beliau mampu menampakkan secercah
kemahakuasaan Tuhan yang hanya disaksikan oleh tiga orang pada waktu perang
keluarga Bharata akan berlangsung. Ketiga orang tersebut adalah Arjuna, Sanjaya
putra Widura, dan Vyasa. Namun Sanjaya dan Vyasa tidak melihat secara langsung,
melainkan melalui mata batin mereka yang menyaksikan perang Bharatayuddha.
Krsna avatara ini adalah avatara cinta kasih dan
kedamaian tugasnya adalah untuk melindungi yang baik dan menghukum yang jahat
tetapi tugas utamanya adalah untuk menyampaikan ajaran-ajaran hidup melalui
Bhagavad Gita.
9
) Budha Awatara
Pangeran
Siddharta Gautama lahir sekitar abad ketujuh sebelum Masehi (± tahun 623 SM)
(2400 tahun yang lalu). Siddharta bukanlah anak biasa. Dalam usia yang sangat
muda, Siddharta ahli dalam segala bidang pengetahuan, bahkan melampaui
anak-anak yang sebaya dengannya. Selain itu ia rajin bermeditasi, sangat gagah
dan tampan, dan selalu menjadi pemenang dalam setiap perlombaan. Pada usia muda
ia dinikahkan dengan puteri Yasodhara. Ia kemudian memiliki seorang putera yang
diberi nama Rahula.
Ayahnya, Raja Suddhodana, sangat menginginkan dia menjadi Maharaja Dunia, namun pikirannya dibayang-bayangi oleh ramalan petapa Kondanna yang mengatakan bahwa anaknya akan menjadi Buddha karena melihat empat hal: orang sakit, orang tua, orang mati, dan orang peminta-minta. Keempat hal tersebut selalu berusaha ditutupi olah ayahnya. Ia tidak akan
Ayahnya, Raja Suddhodana, sangat menginginkan dia menjadi Maharaja Dunia, namun pikirannya dibayang-bayangi oleh ramalan petapa Kondanna yang mengatakan bahwa anaknya akan menjadi Buddha karena melihat empat hal: orang sakit, orang tua, orang mati, dan orang peminta-minta. Keempat hal tersebut selalu berusaha ditutupi olah ayahnya. Ia tidak akan
membiarkan sesuatu yang bersifat sakit, tua, mati,
dan peminta-minta dilihat oleh Siddharta.
Namun Siddharta memang sudah ditakdirkan untuk menjadi Buddha. Ramalan pertapa Kondanna menjadi kenyataan. Keinginan Siddharta untuk menjadi Buddha terlintas ketika ia melihat orang tua, orang sakit, orang mati, dan peminta-minta. Akhirnya ia memutuskan untuk menjadi pertapa dan berkeliling mencari pertapa-pertapa terkenal dan mengikuti ajarannya, namun semuanya tidak membuat Siddharta puas. Akhirnya ia menemukan pencerahan ketika bertapa di bawah pohon Bodhi di Bodh Gaya.
Namun Siddharta memang sudah ditakdirkan untuk menjadi Buddha. Ramalan pertapa Kondanna menjadi kenyataan. Keinginan Siddharta untuk menjadi Buddha terlintas ketika ia melihat orang tua, orang sakit, orang mati, dan peminta-minta. Akhirnya ia memutuskan untuk menjadi pertapa dan berkeliling mencari pertapa-pertapa terkenal dan mengikuti ajarannya, namun semuanya tidak membuat Siddharta puas. Akhirnya ia menemukan pencerahan ketika bertapa di bawah pohon Bodhi di Bodh Gaya.
Pemutaran
Roda Dharma
Ajaran Sang Buddha pertama kali diterima oleh lima
orang bhiksu: Kondanna, Bhaddiya, Mahanama, Assaji, dan Vappa. Hari pemutaran
roda Dharma yang pertama tersebut diperingati oleh umat Buddha sebagai hari
suci Asadha. Setelah saat itu, makin lama makin banyak orang yang menjadi
pengikut Beliau. Inti ajarannya terangkum dalam tiga baris syair yang
diajarkan-Nya:
“Jangan berbuat kejahatan, perbanyak perbuatan baik.
Sucikan hati dan pikiran, inilah ajaran paraBuddha”.
Ajaran Siddharta Gautama atau Sang Buddha terkenal sebagai ajaran agama Buddha. Ajaran ini pula yang menjadi ajaran terpenting agama Buddha di seluruh dunia. Sang Buddha Parinirwana dalam usia delapan puluh tahun, pada bulan Waisaka purnamasidhi. Pada masa sekarang, hari kelahiran Beliau, hari Beliau mendapat pencerahan, dan hari Beliau Parinirvana, diperingati sebagai hari suci Waisak.
Ajaran Siddharta Gautama atau Sang Buddha terkenal sebagai ajaran agama Buddha. Ajaran ini pula yang menjadi ajaran terpenting agama Buddha di seluruh dunia. Sang Buddha Parinirwana dalam usia delapan puluh tahun, pada bulan Waisaka purnamasidhi. Pada masa sekarang, hari kelahiran Beliau, hari Beliau mendapat pencerahan, dan hari Beliau Parinirvana, diperingati sebagai hari suci Waisak.
Buddha menurut umat Hindu
Dalam tradisi Hindu, Sang Buddha tidak memiliki
posisi istimewa dalam Veda. Menurut kepercayaan umat Hindu, pada masa Kali
Yuga, orang-orang mulai melupakan ajaran agama dan tindakan mereka melenceng
atau tidak sesuai dengan Veda. Maka dari itu, Sang Buddha muncul untuk
menyempurnakan kembali tindakan yang melenceng dari Veda dan menolak untuk
menerapkan pengorbanan hewan.
Pada mulanya agama Buddha dianggap sebagai sebuah sekte
oleh umat Hindu ketika ajarannya disebarkan di daratan India. Oleh umat Hindu,
Siddharta sendiri dihormati dan diyakini sebagai salah satu penjelmaan
(Awatara) Tuhan. Siddharta menolak diterapkannya lembaga kasta dan
upacara-upacara dalam Veda, dan juga terdapat beberapa filsafat tersendiri yang
berbeda dengan filsafat Hindu, sehingga sekte yang didirikan Siddharta Gautama
menjadi agama tersendiri.
Melalui contohnya Buddha membuktikan bahwa setiap
manusia dapat mencapai keadaan Buddha ,orang yang senantiasa mendapat
penerangan- penerangan dengan mengikuti delapan jalan,ajaran utamanya adalah
utuk menaklukan keinginan dan menerapkan cinta serta kasih sayang.
10
) Kalki Awatara
Ini Awatara
Dewa Wisnu yang belum muncul namun banyak kepercayaan dan pemikiran
mengenai kapan, bagaimana, di mana, dan mengapa Kalki Awatara muncul.
Penggambaran yang umum mengenai Kalki Awatara yaitu beliau adalah Awatara yang
mengendarai kuda putih (beberapa sumber mengatakan nama kudanya “Devadatta”
(anugerah Dewa) dan dilukiskan sebagai kuda bersayap). Kalki memiliki pedang
berkilat yang digunakan untuk memusnahkan kejahatan dan menghancurkan iblis
Kali, kemudian menegakkan kembali Dharma dan memulai zaman yang baru.
2.3 Makna dan filsafat yang terkandung dalam 10
avatara visnu menurut satvika purana.
Jika kita mempelajari
turunnya runtutan avatara tersebut kita menyadari bahwa itu merupakan
cerita perkembangan (evolusi) spesies dari ikan ke kura-kura dari kura-kebabi hutan kemudian setengah
binatang setengah manusia.manusia kerdil kemudian manusia yang memiliki
kecondongan sifat rajas yang mendominasi ,akhirnya avatara Rama ,krsna, dan
Buddha adalah manusia idaman yang di berkati dengan sifat-sifat kebenaran
,kebajikan,cinta,kasih,kedamaian,tanpa kekerasan
|
Beberapa orang meyakini bahwa filsafat Dasa Awatara
menunjukkan perkembangan kehidupan dan peradaban manusia di muka bumi. Setiap
Awatara merupakan lambang dari setiap perkembangan zaman yang terjadi. Matsya Awatara
merupakan lambang bahwa kehidupan pertama terjadi di air. Kurma Awatara menunjukkan perkembangan
selanjutnya, yakni munculnya hewan amphibi. Waraha Awatara melambangkan kehidupan
selanjutnya terjadi di darat. Narasimha Awatara melambangkan dimulainya
evolusi mamalia. Wamana Awatara
melambangkan perkembangan makhluk yang disebut manusia namun belum sempurna. Parashurama Awatara,
pertapa bersenjata kapak, melambangkan perkembangan manusia di tingkat yang
sempurna. Rama Awatara
melambangkan peradaban manusia untuk memulai pemerintahan. Krishna Awatara, yang mahir dalam enam puluh
empat bidang pengetahuan dan kesenian melambangkan kecakapan manusia di bidang
kebudayaan dan memajukan peradaban. Balarama Awatara, Kakak Kresna yang bersenjata
alat pembajak sawah, melambangkan peradaban dalam bidang pertanian. Buddha Awatara, yang mendapatkan pencerahan,
melambangkan kemajuan sosial manusia.
Awatara yang turun ke dunia juga memiliki makna-makna menurut
zamannya: masa para Raja meraih kejayaan dengan pemerintahan Rama Awatara pada
masa Treta Yuga, dan keadilan sosial dan Dharma
dilindungi oleh Sri Kresna pada masa Dwapara Yuga. Makna dari turunnya para Awatara
selama masa Satya Yuga menuju Kali Yuga juga menunjukkan evolusi makhluk hidup
dan perkembangan peradaban manusia.
Awatara-awatara dalam daftar di atas merupakan inkarnasi Wisnu,
yang mana dalam suatu filsafat merupakan lambang dari takaran dari nilai-nilai
kemasyarakatan. Istri Dewa Wisnu bernama Laksmi, Dewi kemakmuran. Kemakmuran dihasilkan oleh
masyarakat, dan diusahakan agar terus berjalan seimbang. Hal tersebut
dilambangkan dengan Dewi Laksmi yang berada di kaki Dewa Wisnu. Dewi Laksmi
sangat setia terhadapnya.
Filsafat Catur Yuga yang merupakan masa-masa yang menjadi
latar belakang turunnya suatu Awatara dideskripsikan sebagai berikut:
- Satya Yuga dilambangkan dengan seseorang membawa sebuah kendi (kamandalu)
- Treta Yuga dilambangkan dengan seseorang yang membawa sapi dan sauh
- Dwapara Yuga dilambangkan dengan seseorang membawa busur panah dan kapak
- Kali Yuga dilambangkan dengan seseorang yang sangat jelek, telanjang, dan melakukan tindakan yang tidak senonoh.
Jika deskripsi di atas diamati dengan seksama, maka masing-masing
zaman memiliki makna tersendiri yang mewakili perkembangan peradaban masyarakat
manusia. Pada masa pertama, Satya Yuga, ada peradaban mengenai tembikar,
bahasa, ritual (yajña), dan sebagainya. Pada masa yang kedua, Treta Yuga,
manusia memiliki kebudayaan bertani, bercocok tanam dan beternak. Pada masa
yang ketiga, manusia memiliki peradaban untuk membuat senjata karena bidang
pertanian dan kemakmuran perlu dijaga. Yuga yang terakhir merupakan puncak dari
kekacauan, dan akhir dari peradaban manusia.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
Deva visnulah sebagai avatara menurut satvika purana,Tuhan akan selalu datang
untuk menolong bhaktanya.Tuhan akan melakukan apa saja untuk membuktikan
kesetiaan bhaktanya.banyak orang pintar ,namun kesulitan menggunakan pikiran
,pikiran adalah lawan dari roh terikat dan pikiran juga musuhnya ,padahal kita
hanya ingin fisafat demi kesempurnaan hidup ,filsafat adalah sesuatu yang
berakhir dengan kenyataan .bodoh artinya tahu sesuatu itu benar namun tidak mau
melakukannya sering kita bicara seakan –akan kita sudah seperti apa kita
katakan,padahal kita menikmati pembicaraan,orang yang hatinya tidak tentram
tidak akan pernah menciptakan ketentraman.jadi makna dan filsafat dari avatara
inilah yang perlu kita amalkan berfikir dengan baik untuk mendapatkan
kesempurnaan hidup.
1.1
Saran
kita sebagai umat beragama dan sebagai
generasi penerus bangsa, hendaknya kita harus mampu memiliki kesadaran sendiri
dari diri kita sendiri tanpa ada unsur keterpaksaan dalam melaksanakan tugas
sebagai manusia untuk selalu melaksanakan sesuatu di dasari atas dharma , baik
dalam keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Untuk itu, marilah bangun
kesempurnaan hidup berawal dari diri kita sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
-
Genitri Pendidikan Agama Hindu. 2007. Denpasar :
Tri Agun
-
www.goegle.com
-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar